Untuk Anda Kami Ada

Kecamatan Sambong

Jembatan timbang, kecamatan sambong, blora

Kecamatan sambong, secara geografis terletak di bagian timur kabupaten blora, berjarak 30 km arah timur dari pusat kota blora. Secara administrasi, kecamatan sambong di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan jiken, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten bojonegoro, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan cepu dan kedungtuban, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan jepon. Bentang terjauh kecamatan sambong dari barat ke timur sepanjang 19 km dan dari utara ke selatan sejauh 16 km.

Kecamatan sambong memiliki wilayah seluas 88,75 km 2 atau 4,87 persen luas kabupaten blora. Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan sambong tergolong kecil yaitu menempati urutan ke-13. Desa sambongrejo merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 2,18 km 2 atau sekitar 24,6 persen dari luas kecamatan sambong. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah lima desa lain di kecamatan sambong yaitu desa sambong, desa pojokwatu, desa gaga'an, desa biting dan desa brabowan.

Lahan di kecamatan sambong terdiri atas lahan sawah seluas 1.275,536 hektar (14,37 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 7.599,651 hektar (85,63 persen). Lahan bukan sawah terbagi atas 66,47 persen hutan negara, 11,62 persen tegalan dan 7,54 persen lainnya. Lahan sawah yang menggunakan irigasi tehnis dan sederhana sebanyak 220 hektar sedangkan sisanya seluas 1.055 hektar merupakan sawah tadah hujan. dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen satu kali dalam setahun, hanya sebagian lahan di desa gadu dan desa ledok yang dapat panen dua kali dalam setahun.

Iklim di kecamatan sambong secara umum tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain di blora. Kecamatan sambong termasuk daerah dengan curah hujan rendah dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. selama periode tahun 2012, rata-rata curah hujan di kecamatan sambong tercatat sebesar 120 mm dengan rata-rata hari hujan tercatat sebanyak 10 hari perbulan.

Curah hujan cukup tinggi tercatat pada awal tahun dan akhir tahun dengan curah hujan di atas 100 mm dan terendah pada bulan juli – september dengan curah hujan 0 mm karena tidak ada hujan selama tiga bulan tersebut. Hari hujan tercatat cukup sering terjadi pada bulan januari sampai bulan april dan bulan nopember sampai bulan desember dengan hari hujan di atas 10 hari perbulan dan paling sedikit pada bulan juli sampai bulan september dengan hari hujan sebanyak 0 hari.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa.

Secara administrasi, kecamatan sambong terbagi menjadi 10 desa dan merupakan kecamatan dengan jumlah desa paling sedikit. Untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). Disamping itu, masyarakat sambong juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi.

Kecamatan sambong terdiri dari 30 dusun, 40 rukun warga dan 176 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 25.435 jiwa. kecamatan sambong dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan sambong adalah 17 orang. Jumlah perangkat desa di kecamatan sambong tidak mengalami perubahan sejak tahun 2010. perangkat desa berjumlah 107 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 10 orang, sekdes sebanyak 10 orang dan perangkat desa lainnya sebanyak 87 orang. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak ada perubahan yaitu berjumlah 373 orang.

Berikut nama desa yang ada di kecamatan Sambong, antara lain:

1. Biting
2. Brabowan
3. Gadu
4. Gagakan
5. Giyanti
6. Ledok
7. Pojokwatu
8. Sambong
9. Sambongrejo
10. Temengeng

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Jumlah sekolah jenjang tk ada peningkatan jumlah yang di tahun 2011 sebanyak 12 unit menjadi 13 unit di tahun 2012, sedangkan untuk jenjang sd,sltp dan slta masih tetap sama dengan tahun 2011 yaitu masing-masing sebanyak 26, 3 dan 1 unit.

Pada jenjang pendidikan tk di kecamatan sambong untuk tahun ajaran 2011/2012, seorang guru rata-rata harus mengajar 14 siswa. Beban tugas guru sd lebih sedikit dengan rata-rata mengajar 12 siswa. Sedangkan seorang guru di tingkat sltp rata-rata harus mengajar 16 siswa dan di tingkat slta harus mengajar 3 orang. Rasio murid guru tk sedikit meningkat dibanding tahun 2011 yang rata-rata harus mengajar 13 siswa.

Rasio murid dan guru tk paling tinggi terjadi di desa giyanti sebesar 23 diikuti desa sambongrejo dengan rasio murid dan guru sebesar 21. Sedangkan yang paling rendah sebesar 8,6 terjadi di desa brabowan. Rasio murid dan guru untuk tingkat sd paling tinggi juga berada di desa giyanti sebesar 23,3 diikuti desa biting dengan rasio murid guru sebesar 17,8. Sedangkan yang paling rendah sebesar 8,7 berada di desa gagaan. rasio murid dan guru untuk tingkat sd cenderung hampir merata di setiap desa dengan kisaran 8 – 18. Hal ini menunjukkan ketersediaan guru sd masih mencukupi dalam proses belajar mengajar.

Upaya memajukan mutu pendidikan formal, pemerintah daerah kabupaten blora juga terus berupaya mengembangkan pendidikan nonformal melalui pendidikan kesetaraan atau lebih dikenal kejar paket. Kejar paket ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu paket a/kf, paket b dan paket c. Orientasi paket a/kf pada pemberatasan buta aksara dan berhitung. Paket b untuk penyetaraan ijazah setingkat sltp. Sedangkan paket c merupakan penyetaraan ijazah setingkat slta.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan jati, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 42 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa pojokwatu, sedangkan pustu terletak di desa brabowan dan ledok.

Tenaga kesehatan yang berdomisili di kecamatan sambong terdiri dari mantri kesehatan, bidan, dan dukun. Sedangkan tenaga dokter baik dokter umum maupun dokter spesialis dan tenaga kesehatan lainnya tidak ada yang berdomisili di kecamatan sambong. Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011. mantri kesehatan pada tahun 2011 sebanyak 7 orang bertambah menjadi 24 orang di tahun 2012, bidan sebanyak 13 orang di tahun 2011 menjadi 24 orang di tahun 2012, sedangkan dukun sebanyak 10 orang di tahun 2011 menjadi 12 orang di tahun 2012.

Bidan dan mantri kesehatan berdomisili hampir di setiap desa kecuali desa sambong. Jumlah layanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat kecamatan sambong pada tahun 2012 mencapai 10.776 buah, dengan pelayanan menggunakan jps mencapai 4.613 buah (42,81 persen). Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat miskin berobat ke puskesmas semakin tinggi.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan sambong. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. Produksi padi mengalami penurunan sekitar 4,35 persen dibandingkan tahun 2011. Penurunan ini lebih disebabkan oleh berkurangnya luas panen di tahun 2012. Sedangkan produksi palawija sebagian mengalami peningkatan dan sebagian mengalami penurunan.

Peningkatan produksi jagung ini lebih disebabkan bertambahnya luas panen dan juga berkurangnya serangan opt. Komoditi kacang tanah juga mengalami peningkatan produksi sebesar 53.33 persen dibandingkan tahun 2011. Sedangkan tanaman palawija yang mengalami penurunan produksi adalah kedelai dan ubi kayu.

Pada tahun 2011 produksi kedelai sebanyak 28 ton turun menjadi 14 ton pada tahun 2012, sedangkan produksi ubi kayu sebesar 1.641 ton ditahun 2011 turun menjadi 704 ton di tahun 2012. Hal ini disebabkan karena luas panennya mengalami penurunan. produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan sambong masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2012, produktivitas ubi kayu (108,31 kw/ha) tetap menduduki peringkat teratas dibandingkan tanaman padi (50,11 kw/ha) dan palawija lainnya. Sedangkan tanaman yang mempunyai produktivitas terendah adalah tanaman kacang hijau (9,08 kw/ha).

Mayoritas penduduk kecamatan sambong memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan sambong selama delapan tahun terakhir cenderung menurun. Mulai tahun 2005 terjadi penurunan hingga tahun 2008. Kemudian naik sampai di tahun 2010 tetapi menurun lagi sampai tahun 2012.

Potensi sapi potong yang sangat besar tersebut perlu kembangkan dengan stabilisasi harga jual dan pemberian bibit sapi unggul. Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan sambong pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 2 buah. Pasar desa tersebut terdapat di desa biting, dan desa gadu. Jumlah perusahaan berbadan hukum di kecamatan sambong yang paling sedikit dibanding kecamatan yang lain.

Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan sambong pada tahun 2012 juga mengalami stgnasi dibandingkan tahun 2011. Jumlah koperasi di tahun 2012 buah sama dengan jumlah koperasi di tahun 2011 yaitu sebanyak 10 buah, sembilan koperasi berbentuk non kud dan sisanya satu buah berbentuk kud.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan sambong adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan sambong. Panjang jalan di kecamatan sambong selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan hanya sepanjang 13,1 km. Kondisi jalan yang rusak dan rusak ringan mencapai 12,6 km. Dengan kata lain, hanya 4 persen saja jalan di kecamatan sambong berada dalam kondisi baik. Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.

Perekonomian kecamatan sambong masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan sambong. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 68,63 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan masing-masing memiliki kontribusi sebesar 7,13 persen, 7,09 persen dan 6,15 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,10 persen.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan sambong memiliki nilai yang relatif kecil baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan sambong hanya 2,29 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan sambong menempati peringkat 15 dari 16 kecamatan. Besaran pdrb kecamatan sambong sedikit di bawah pdrb kecamatan jiken. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan sambong belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan Banjarejo

Pendopo sedulur samin

Kecamatan banjarejo secara geografisberbatasan di sebelah utara dengan kecamatan tunjungan, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan randublatung, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan blora kota, dan di sebelah barat dengan kecamatan ngawen. Sedangkan topografi permukaan daratan kecamatan ini berbentuk perbukitan dengan ketinggian terendah 75 meter dpl dan tertinggi 181 meter dpl.

Berdasarkan data dari bpn kabupaten blora luas wilayah kecamatan banjarejo adalah 10.352,21 ha, yang terdiri dari 2.730,66 ha lahan sawah dan 7.621,55 ha lahan kering. Desa banjarejo merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 1.331 ha, dan desa balongrejo merupakan desa terkecil dengan luas wilayah 135 ha. Kecamatan banjarejo yang memiliki luas lahan kering 7.621,55 ha terdiri dari 1.313,17 ha pekarangan/kampung, 2.166,38 ha tegalan, 4.061,39 ha hutan negara, dan 80,63 ha merupakan lahan lainnya.

Kecamatan banjarejo dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. sedangkan desa dipimpin oleh seorang lurah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui camat. Secara administrasi, kecamatan banjarejo terbagi menjadi 20 desa. Untuk mempermudah koordinasi, setiap kelurahan terbagi menjadi beberapa dusun, rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt).

Kecamatan banjarejo terdiri dari 72 dusun, 75 rukun warga dan 400 rukun tetangga dengan jumlah penduduk 58.055 jiwa. Desa sidomulyo memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 5.782 jiwa, dan desa jatiklampok memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 811 jiwa. Jumlah perangkat desa di kecamatan banjarejo adalah 268 orang, yang terdiri dari 20 orang kades, 17 orang sekdes dan 188 perangkat lainnya, di tingkat kelurahan terdapat pula anggota linmas yang merupakan salah satu aparat kelurahan di bidang keamanan dan ketertiban. Anggota hansip di seluruh kelurahan di kecamatan banjarejo berjumlah 522 orang.

Jumlah penduduk kecamatan banjarejo berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 tercatat sebanyak 56.907 jiwa, dan meningkat di tahun 2012, dimana jumlah penduduk tahun 2012 yang tercatat sebesar 58.055 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk kecamatan banjarejo selama kurun waktu 2010-2012 menunjukkan kenaikan sebesar 1,01 persen.

Hal ini menunjukkan perkembangan penduduk yang berdomisili di kecamatan banjarejo relatif stabil. Pada tahun 2012, jumlah penduduk terbesar berdomisili di desa sidomulyo tercatat sebesar 5.782 jiwa, diikuti penduduk desa sumberagung dengan jumlah 5.079 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil tercatat di desa jatiklampok sebesar 811 jiwa.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Pada jenjang pendidikan tk dan sd di kecamatan banjarejo untuk tahun ajaran 2011/2012 seorang guru rata-rata harus mengajar 13 siswa. Rasio murid guru tingkat tk sedikit menurun dibanding tahun 2010/ 2011 yang rata-rata harus mengajar 15 siswa.

Sedangkan seorang guru di tingkat sltp rata-rata harus mengajar 14 siswa. Rasio murid guru tk paling tinggi terjadi di desa karangtalun sebesar 19 (murid/guru). Sedangkan desa jatiklampok dan desa bacem tidak ada tk. Rasio murid guru untuk tingkat sd hampir merata di setiap desa dengan kisaran 9 – 23. hal ini menunjukkan ketersediaan guru sd masih mencukupi dalam proses belajar mengajar.

Selain upaya memajukan mutu pendidikan formal, pemerintah daerah kabupaten blora juga terus berupaya mengembangkan pendidikan nonformal melalui pendidikan kesetaraan atau lebih dikenal kejar paket. Kejar paket ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu paket a/kf, paket b dan paket c. Orientasi paket a/kf pada pemberatasan buta aksara dan berhitung. Paket b untuk penyetaraan ijazah setingkat sltp. Sedangkan paket c merupakan penyetaraan ijazah setingkat slta.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan banjarejo, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah 72 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui.

Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa banjarejo, sedangkan pustu tersebar di 3 desa yaitu di desa jatisari, sendangwungu dan plosorejo.

Tenaga kesehatan yang berdomisili di kecamatan banjarejo terdiri dari dokter, mantri kesehatan, bidan, dan dukun bayi. Sedangkan tenaga kesehatan lainnya tidak ada yang berdomisili di kecamatan banjarejo. Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2012 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan tahun 2011. Dukun bayi jumlahnya paling banyak walaupun bersifat tradisional yaitu sebesar 34 orang.

Jumlah layanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat kecamatan banjarejo pada tahun 2012 meningkat, dengan pelayanan menggunakan jps mencapai 5.768 buah (17,09 persen). Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat, terutama golongan kurang mampu yang berobat ke puskesmas semakin tinggi.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan banjarejo. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. Produksi padi 2012 mengalami kenaikan sekitar 26,95 persen dibandingkan tahun 2011. Sedangkan produksi palawija tahun 2012 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, salah satunya karena luas panennya mengalami penurunan. Sedangkan tanaman palawija yang mengalami peningkatan produksi adalah kacang tanah dan kedelai.

Pada tahun 2011 produksi kacang tanah sebanyak 162 ton menjadi menjadi 171 ton, sedangkan kedelai naik dari 105 ton menjadi 160 ton pada tahun 2012. Hal ini disebabkan salah satunya karena luas panennya mengalami penurunan. Produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan banjarejo masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2012, produktivitas padi berada di peringkat teratas dibandingkan produktifitas tanaman jagung dan palawija lainnya. Sedangkan tanaman yang mempunyai produktivitas terendah adalah tanaman kedelai.

Mayoritas penduduk kecamatan banjarejo memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan banjarejo selama tiga tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Tahun 2010 terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya hingga tahun 2011, tetapi menurun di tahun 2012.

Potensi sapi potong yang sangat besar tersebut perlu kembangkan dengan stabilisasi harga jual dan pemberian bibit sapi unggul. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan. Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak.

Perdagangan domestik kecamatan banjarejo pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2012. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa yang berada di desa sendangwunggu dan pasar kecamatan yang berada di desa banjarejo.

Jumlah perusahaan berbadan hukum di kecamatan banjarejo tergolong sedikit dibanding kecamatan yang lain. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan banjarejo pada tahun 2012 sebanyak 21 buah, dua puluh berbentuk non kud dan sisanya satu buah berbentuk kud.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat. Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan banjarejo adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan banjarejo.

Panjang jalan di kecamatan banjarejo selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan hanya sepanjang 51 km. Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan. Untuk sarana komunikasi, disamping sarana prasarana jalan, jasa pengiriman berupa kantor pos juga sangat diperlukan. adanya kantor pos di kecamatan banjarejo sangat membantu terutama dalam hal surat menyurat. Pada tahun 2012 pelayanan pos terutama surat-menyurat mengalami penurunan , tetapi untuk paket dan wesel mengalami peningkatan.

Perekonomian kecamatan banjarejo masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan banjarejo. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 60,70 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor keuangan sektor dan industri pengolahan masing-masing memiliki kontribusi sebesar 11,57 persen, 9,47 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,24 persen.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan banjarejo memiliki nilai relatif rendah baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan banjarejo (adh berlaku) sebesar 3,70 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan banjarejo menempati peringkat 12 dari 16 kecamatan.

Besaran pdrb adh berlaku kecamatan banjarejo berada dibawah pdrb kecamatan kunduran, tunjungan, ngawen dan todanan. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan banjarejo belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan Tunjungan


Kecamatan tunjungan, secara geografis terletak di bagian barat kabupaten blora, berjarak 9 km arah barat dari pusat kota blora. secara administrasi, kecamatan tunjungan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten rembang, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan blora, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan banjarejo sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan ngawen. Bentang terjauh kecamatan tunjungan dari barat ke timur sepanjang 19 km dan dari utara ke selatan sejauh 9 km.

Kecamatan tunjungan memiliki wilayah seluas 10.181,522 km 2 atau 5,59 persen luas kabupaten blora. Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan tunjungan tergolong kecil yaitu menempati urutan ke-11. Desa tunjungan merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 2,97 km 2 atau sekitar 29,17 persen dari luas kecamatan tunjungan. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah lima desa lain di kecamatan tunjungan yaitu desa sambongrejo,desa kalangan,desa sukorejo,desa tutup dan desa tamanrejo.

Lahan di kecamatan tunjungan terdiri atas lahan sawah seluas 2.837,229 hektar (27,87 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 7.344,298 hektar (72,13 persen). Lahan bukan sawah terbagi atas 42,99 persen hutan negara, 18,06 persen tegalan, 8,66 persen pekarangan dan 2,42 persen lainnya. Lahan sawah yang menggunakan irigasi tehnis dan sederhana sebanyak 1.188 hektar sedangkan sisanya seluas 1.649,229 hektar merupakan sawah tadah hujan. Dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen dua kali dalam setahun, hanya ada sebagian lahan yang panen sekali dalam satu tahun .

Iklim di kecamatan tunjungan secara umum tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain di blora. Kecamatan tunjungan termasuk daerah dengan curah hujan rendah dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. Selama periode tahun 2012, rata-rata curah hujan di kecamatan tunjungan tercatat sebesar 58 mm dengan rata-rata hari hujan tercatat sebanyak 6,5 hari perbulan.

Curah hujan cukup tinggi tercatat pada bulan pebruari dan bulan nopember dengan curah hujan di atas 100 mm dan terendah pada bulan bulan agustus dengan curah hujan sebesar 0 mm. Pada tahun 2012, hujan hanya terjadi di 7 bulan. Hari hujan tercatat cukup sering terjadi pada bulan januari, noVember dan desember dengan hari hujan di atas 14 hari perbulan dan paling sedikit pada bulan juli sampai bulan september dengan hari hujan tercatat 0 hari perbulan.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa.

Secara administrasi, kecamatan tunjungan terbagi menjadi 15 desa dan merupakan kecamatan dengan jumlah desa yang relatif tidak besar. Untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). disamping itu, masyarakat tunjungan juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi. Kecamatan tunjungan terdiri dari 55 dusun, 63 rukun warga dan 312 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 45.732 jiwa.

Berikut nama desa di kecamatan tunjungan, antara lain:

1. Adirejo
2. Gempolrejo
3. Kalangan
4. Kedungrejo
5. Kedungringin
6. Keser
7. Nglangitan
8. Sambongrejo
9. Sitirejo
10.Sukorejo
11. Tamanrejo
12. Tambahrejo
13. Tawangrejo
14. Tunjungan
15. Tutup

Kecamatan tunjungan dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan tunjungan adalah 17 orang. Jumlah perangkat desa di kecamatan tunjungan mengalami perubahan sejak tahun 2011. Perangkat desa berjumlah 187 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 15 orang, sekdes sebanyak 14 orang dan perangkat desa lainnya sebanyak 158 orang. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak ada perubahan yaitu berjumlah 465 orang.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Jumlah sekolah jenjang tk, sd dan sltp tahun 2012 masih tetap sama dengan tahun 2011 yaitu masing-masing sebanyak 28 tk, 34 sd dan 5 smp. Sedangkan sekolah setingkat slta bertambah 1 unit menjadi 8 unit yang sebelumnya 7 unit di tahun 2011.

Pada jenjang pendidikan tk di kecamatan tunjungan untuk tahun ajaran 2011/2012, seorang guru rata-rata harus mengajar 13 siswa. beban tugas guru sd sedikit lebih banyak dengan rata-rata mengajar 18 siswa. Sedangkan seorang guru di tingkat sltp rata-rata harus mengajar 14 siswa. Rasio murid guru sltp sedikit menurun dibanding tahun 2011 yang rata-rata harus mengajar 19 siswa.

Rasio murid guru tk paling tinggi terjadi di desa kedungringin sebesar 19 diikuti desa sitirejo dengan rasio murid guru sebesar 18. Sedangkan yang paling rendah sebesar 9 terjadi di 2 desa yaitu desa tunjungan, dan nglangitan. Rasio guru untuk tingkat sd hampir merata di setiap desa dengan kisaran 14 – 17. Hal ini menunjukkan ketersediaan guru sd masih mencukupi dalam proses belajar mengajar.

Selain upaya memajukan mutu pendidikan formal, pemerintah daerah kabupaten blora juga terus berupaya mengembangkan pendidikan nonformal melalui pendidikan kesetaraan atau lebih dikenal kejar paket. Kejar paket ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu paket a/kf, paket b dan paket c. Orientasi paket a/kf pada pemberatasan buta aksara dan berhitung. Paket b untuk penyetaraan ijazah setingkat sltp. Sedangkan paket c merupakan penyetaraan ijazah setingkat slta.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan tunjungan, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 65 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa tunjungan, sedangkan pustu terletak di desa tambahrejo dan nglangitan.

Tenaga kesehatan yang berdomisili di kecamatan tunjungan terdiri dari dokter, mantri kesehatan, bidan dan dukun bayi. sedangkan tenaga kesehatan lainnya tidak ada yang berdomisili di kecamatan tunjungan. Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2012 tidak mengalami kenaikan dibandingkan dengan tenaga kesehatan tahun 2011. Bidan dan mantri kesehatan berdomisili hampir di setiap desa di kecamatan tunjungan. Jumlah layanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat kecamatan tunjungan pada tahun 2012 mencapai 15.051 buah, dengan pelayanan menggunakan jps mencapai 6.029 buah (40,05 persen). Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat miskin berobat ke puskesmas semakin tinggi.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan tunjungan. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. Produksi padi mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh luas panen dan adanya musim yang sangat menguntungkan petani, karena curah hujan yang relatif stabil .

Sedangkan produksi palawija mengalami penurunan yang relatif besar karena luasan panennya juga berkurang. Untuk tanaman palawija yang lain di tahun 2012 juga mengalami penurunan, kacang tanah di tahun 2011 produksinya 224 ton, namun di tahun 2012 hanya 42 ton. Tanaman ubi kayu tahun 2011 produksinya 2.334 ton sedangkan di tahun 2012 produksinya 1.483 ton. Produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan tunjungan masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi.

Mayoritas penduduk kecamatan tunjungan memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan tunjungan selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Potensi sapi potong yang sangat besar tersebut perlu kembangkan dengan stabilisasi harga jual dan pemberian bibit sapi unggul. Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami naik turun, walaupun bertambah atau turunnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan tunjungan pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 3 buah. Pasar desa tersebut terdapat di desa tunjungan, tambahrejo dan sukorejo.

Jumlah perusahaan di kecamatan tunjungan termasuk sedang dibanding kecamatan yang lain. Keseluruhan perusahaan termasuk kategori perusahaan kecil walaupun 50 perusahaan berbadan hukum po dan 7 perusahaan berbadan hukum cv. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan tunjungan pada tahun 2012 sebanyak 22 buah, dari jumlah tersebut 21 berbentuk non kud dan sisanya satu buah berbentuk kud.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastruktur jalan merupakan sarana vital yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan tunjungan adalah jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan tunjungan banyak mengalami kerusakan. Panjang jalan di kecamatan tunjungan selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan hanya sepanjang 31,2 km. Kondisi jalan yang rusak dan rusak ringan mencapai 24,k3 km. Dengan kata lain, hanya 21,26 persen saja jalan di kecamatan tunjungan berada dalam kondisi baik. Kondisi tanah yang labil dan kelebihan tonase dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.

Keadaan geografis kecamatan tunjungan sebagian terdiri dari hutan dan memiliki sungai/ngarai, memerlukan jembatan sebagai salah satu alat penghubung dalam masyarakat. Jumlah jembatan yang terdapat di kecamatan tunjungan sebanyak 40 buah dengan kondisi mengalami rusak ringan. Kondisi jembatan yang demikian perlu segera diperbaiki agar kerusakannya tidak semakin parah.

Perekonomian kecamatan tunjungan masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan tunjungan. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 59,32 persen, kemudian disusul sektor industri pengolahan 13,25 persen, sektor perdagangan 10,23 persen, sektor keuangan 7,12 persen dan sektor jasa-jasa 4,8 persen (%) .

Besarnya dominasi sektor pertanian memberikan tantangan tersendiri bagi perkembangan perekonomian kecamatan tunjungan dalam jangka panjang. Sektor pertanian sangat rentan terhadap kondisi iklim, cuaca dan hama penyakit serta perlu waktu cukup lama untuk meningkatkan produksi. Nilai tambah sektor pertanian relatif lebih besar dan cenderung berfluktuatif dibanding sektor-sektor lain sehingga akselerasi pembangunan bisa meningkat.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan tunjungan memiliki nilai yang relatif kecil baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. kontribusi pdrb kecamatan tunjungan hanya 4,14 persen terhadap total pdrb kabupaten blora.

Kontribusi pdrb kecamatan tunjungan menempati peringkat 9 dari 16 kecamatan. Besaran pdrb kecamatan tunjungan sedikit di bawah pdrb kecamatan ngawen. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan tunjungan belum terkelola dengan maksimal dan baik . Sehingga perlu adanya reformasi di segala bidang termasuk budaya kerja agar produktivitas penduduk kecamatan tunjungan lebih meningkat.

Kecamatan Blora


Kecamatan blora, secara geografis terletak di antara 111 16’ s/d 111 338’ bujur timur dan diantara 6 528’s/d 7 248’ lintang selatan, batas-batas wilayah kecamatan blora yaitu sebelah barat berbatasan dengan kecamatan tunjungan, sebelah utara berbatasan dengan kabupaten rembang, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan jepon, dan di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan banjarejo. Ketinggian tanah dari permukaan laut terendah 30 meter dpl, tertinggi 194 meter dpl.

Kecamatan blora memiliki wilayah seluas 79,79 km 2 atau 4,38 persen luas kabupaten blora. Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan blora tergolong besar yaitu menempati urutan ke-14. Desa jepangrejo merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 11,870 km 2 atau sekitar 14,8 persen dari luas kecamatan blora. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah sepuluh desa lain di kecamatan blora.

Lahan di kecamatan blora terdiri atas lahan sawah seluas 2.850.046 hektar (35,72 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 5.128,559 hektar (64,28 persen). Lahan bukan sawah terbagi atas 14,77 persen hutan negara, 25,23 persen tegalan, 21,56 persen pekarangan, 2,72 persen lainnya. Lahan sawah yang menggunakan irigasi tehnis, setengah teknis dan sederhana sebanyak 1.333 hektar sedangkan sisanya seluas 1.517,046 hektar merupakan sawah tadah hujan. Dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen satu kali dalam setahun, hanya sebagian lahan di sepuluh desa yang dapat panen dua kali dalam setahun.

Iklim di kecamatan blora secara umum tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain di blora. Kecamatan blora termasuk daerah dengan curah hujan rendah dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. Selama periode tahun 2012, rata-rata curah hujan di kecamatan blora tercatat sebesar 89 mm dengan rata-rata hari hujan tercatat sebanyak 8 hari perbulan. Curah hujan cukup tinggi tercatat pada bulan januari, pebruari maret, november dan desember dengan curah hujan di atas 115 mm dan terendah pada bulan juli-agustus dengan curah hujan sebesar 0 mm. Pada tahun 2012, hujan terjadi di 10 bulan dalam 12 bulan walaupun dengan frekuensi yang berfluktuasi. hari hujan tercatat cukup sering terjadi pada bulan januari dengan hari hujan 20 hari perbulan dan paling sedikit pada bulan juni sampai bulan september dengan hari hujan tercatat antara 0-1 hari perbulan.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa. Secara administrasi, kecamatan blora terbagi menjadi 11 kelurahan dan 17 desa dan merupakan kecamatan dengan jumlah desa paling banyak. Untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). disamping itu, masyarakat blora juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi.

Kecamatan blora terdiri dari 63 dusun, 157 rukun warga dan 556 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 92.540 jiwa. Kecamatan blora dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. jumlah pegawai di kantor kecamatan blora adalah 265 orang. termasuk kades/kalur sekdes dan perangkat lain. jumlah perangkat desa di kecamatan blora mengalami perubahan sejak tahun 2010. perangkat desa pada tahun 2011 berjumlah 215, pada tahun 2012 berjumlah 214 orang, jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak ada perubahan yaitu berjumlah 868 orang.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Jumlah sekolah jenjang tk dan slta ada peningkatan dibanding dengan tahun 2011 yaitu masing-masing tk 4 unit dan slta 4 unit, sd ada penurunan 1 unit sedangkan sekolah setingkat sltp sama dengan tahun 2011.

Pada jenjang pendidikan tk di kecamatan blora untuk tahun ajaran 2011/2012 seorang guru rata-rata harus mengajar 18 siswa. Sedangkan seorang guru di tingkat sd rata-rata harus mengajar 14 siswa. Rasio murid guru sltp sama dengan dibanding tahun 2011 yang rata-rata harus mengajar 16 siswa. Rasio murid guru tk paling tinggi terjadi di desa purworejo sebesar 48 diikuti desa andongrejo dan desa pelem dengan rasio murid guru sebesar 37 dan 32. Sedangkan yang paling rendah sebesar 0 terjadi di 3 desa yaitu desa ngampel, kelurahan kunden dan kelurahan tegal gunung. Rasio guru untuk tingkat sd hampir merata di setiap desa dengan kisaran 7 – 20. hal ini menunjukkan ketersediaan guru sd masih mencukupi dalam proses belajar mengajar.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan blora, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 123 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di kelurahan jetis dan desa sendangharjo, sedangkan pustu terletak di kelurahan karangjati, desa kamolan, desa pelem, desa tambaksari, desa purwosari.

Tenaga kesehatan yang berdomisili di kecamatan blora terdiri dari dokter, mantri kesehatan dan bidan. Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2012 rata-rata masih sama tahun 2011 kecuali bidan turun dua tenaga dikarenakan ada yang pensiun. bidan berdomisili hampir di setiap desa. Jumlah layanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat kecamatan blora pada tahun 2012 mencapai 58.094 buah, dengan pelayanan menggunakan jps mencapai 24.277 buah. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat blora sudah sejahtera. banyak kunjungan umum dibandingkan dengan jps.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan blora. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. Produksi padi mengalami peningkatan sekitar 33.18 persen dibandingkan tahun 2011. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh naiknya luas panen dan adanya musim penghujan yang lebih panjang. Sedangkan produksi palawija sebagian mengalami penurunan karena sebagian petani kembali menggunakan lahannya untuk menanam padi daripada palawija.

Komoditi jagung yang merupakan andalan petani mengalami penurunan produksi sebesar 113 ton atau 0,44 persen. Sedangkan tanaman palawija yang mengalami penurunan produksi adalah ubi kayu. Pada tahun 2011 produksi ubi kayu sebanyak 387 ton menurun menjadi 366 ton pada tahun 2012. Hal ini disebabkan karena luas panennya mengalami penurunan. produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan blora masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2012, produktivitas jagung 25.337 ton dengan luas tanam 5.349 ha. Menduduki peringkat teratas dibandingkan tanaman padi dan palawija lainnya. Sedangkan tanaman yang mempunyai produktivitas terendah adalah tanaman kacang tanah produksi 189 ton dengan luas tanam 158 ha.

Mayoritas penduduk kecamatan blora memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan blora selama tujuh tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Mulai tahun 2005 terjadi peningkatan hingga tahun 2006, dan di tahun 2007 sampai 2010 mengalami peningkatan. Selama dua tahun terakhir kembali menurun sangat drastis.

Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan blora pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa yang berada di desa sendangharjo dan pasar daerah yang berada di blora.

Keseluruhan perusahaan di kecamatan blora termasuk kategori perusahaan kecil walaupun 33 pd berbadan hukum pt dan 80 pd berbadan hukum cv. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan blora pada tahun 2012 sebanyak 113 buah, 112 berbentuk non kud dan sisanya 1 buah berbentuk kud.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan blora adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan blora. Panjang jalan di kecamatan blora selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan. Jumlah pelanggan pesawat telepon selama 2 tahun ini meningkat sebanyak 175 pelanggan dan pengiriman surat di kantor pos meningkat sangat pesat. Surat biasa kirim 15.423 buah, surat terima 26.329 buah, surat kilat khusus kirim 14.323 buah terima 32.421 buah surat pos ekspres kirim 25.848 buah terima 21.511 buah.

Perekonomian kecamatan blora sudah tidak lagi bercorak tradisional seperti mayoritas corak perekonomian di kecamatan lain di kabupaten blora. Sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 26,02 persen, kemudian disusul sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor keuangan masing-masing memiliki kontribusi sebesar 22,35 persen, 21,78 persen dan 12,30 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,49 persen. struktur ekonomi pdrb adhb (%) pertumbuhan sektoral pdrb adhk (%).

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan blora memiliki nilai terbesar kedua setelah kecamatan cepu, berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan blora sebesar 16,29 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan blora menempati peringkat 2 dari 16 kecamatan. Besaran pdrb kecamatan blora berada di atas pdrb kecamatan banjarejo, tunjungan, ngawen, dan jepon. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan blora telah terkelola dengan maksimal dan optimal, akan tetapi tetap perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan Bogorejo


Kecamatan bogorejo, secara geografis terletak di bagian timur kabupaten blora, berjarak 17 km arah timur dari pusat kota blora. Secara administrasi, kecamatan bogorejo di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten rembang, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten tuban, jawa timur, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan jiken kabupaten blora, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan jepon blora. Bentang terjauh kecamatan bogorejo dari barat ke timur sepanjang 16,8 km dan dari utara ke selatan sejauh 12,18 km.

Kecamatan bogorejo memiliki wilayah seluas 49,80 km 2 atau 2,74 persen luas kabupaten blora. Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan bogorejo tergolong kecil yaitu menempati urutan ke-15. desa nglengkir merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 8,47 km 2 atau sekitar 17,01 persen dari luas kecamatan bogorejo. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah 4 desa lain di kecamatan bogorejo yaitu desa sarirejo, desa karang, desa jeruk dan desa gembol.

Lahan di kecamatan bogorejo terdiri atas lahan sawah seluas 1.307,60 hektar (26,25 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 3.672,90 hektar (74,75 persen). lahan bukan sawah terbagi atas 24,13 persen hutan negara, 36,96 persen tegalan, dan 1,95 persen lainnya. Dari luas lahan sawah yang tercatat 1.307,60 ha, lahan sawah yang menggunakan irigasi teknis dan sederhana seluas 658,75 hektar, sedangkan sisanya seluas 648,87 hektar merupakan sawah tadah hujan. Dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen satu kali dalam setahun, hanya sebagian lahan di kecamatan bogorejo yang dapat panen dua kali dalam setahun, diantaranya desa gombang, karanganyar, tempurejo, gayam dan sendangrejo.

Iklim di kecamatan bogorejo secara umum tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain di blora. Kecamatan bogorejo termasuk daerah dengan curah hujan rendah dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. Selama periode tahun 2012, rata-rata curah hujan di kecamatan bogorejo tercatat sebesar 77,5 mm dengan rata-rata hari hujan tercatat sebanyak 8,55 hari perbulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada bulan pebruari dengan curah hujan sebesar 156 mm dan terendah pada bulan-bulan dimana hujan tidak turun, yaitu bulan juli, agustus dan september. Hari hujan tercatat cukup sering terjadi pada bulan januari sampai bulan pebruari dan bulan desember dengan hari hujan di atas 15 hari perbulan.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa. Secara administrasi, kecamatan bogorejo terbagi menjadi 14 desa dan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit. untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). Disamping itu, masyarakat bogorejo juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi.

Kecamatan bogorejo terdiri dari 45 dusun, 45 rukun warga dan 193 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 24.026 jiwa. Kecamatan bogorejo dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan bogorejo adalah 17 orang. Jumlah perangkat desa di kecamatan bogorejo mengalami perubahan sejak tahun 2012 hingga sekarang. Perangkat desa berjumlah 122 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 14 orang, sekdes sebanyak 11 orang dan perangkat desa lainnya sebanyak 97 orang. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak ada perubahan yaitu berjumlah 351 orang.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Jumlah sekolah jenjang tk mengalami peningkatan dimana tahun 2011 sebanyak 13 dan tahun 2012 sebanyak 14, sedangkan sd dan sltp masih tetap sama dengan tahun 2011 yaitu masing-masing sebanyak 24 dan 4 unit. Sedangkan sekolah setingkat slta di bogorejo sampai sekarang tidak tersedia.

Pada jenjang pendidikan tk dan sd di kecamatan bogorejo untuk tahun ajaran 2012/2013 seorang guru rata-rata harus mengajar 11 dan 12 siswa. Beban tugas guru sltp sedikit lebih banyak dengan rata-rata mengajar 13 siswa. Rasio murid guru sltp sedikit menurun dibanding tahun 2011 yang rata-rata harus mengajar 13 siswa. Rasio murid guru tk paling tinggi terjadi di desa tempurejo sebesar 23 diikuti desa sarirejo dengan rasio murid guru sebesar 18. Sedangkan yang paling rendah sebesar 7 terjadi di 2 desa yaitu desa bogorejo dan desa gandu. Rasio murid guru untuk tingkat sd hampir merata di setiap desa dengan kisaran 9 – 20. Hal ini menunjukkan ketersediaan guru sd masih mencukupi dalam proses belajar mengajar.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan bogorejo, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 49 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa bogorejo, sedangkan pustu terletak di desa karang, gayam dan nglengkir.

Tenaga kesehatan yang berdomisili di kecamatan bogorejo terdiri dari mantri kesehatan, bidan dan dukun. Sedangkan tenaga dokter baik dokter umum maupun dokter spesialis tidak ada yang berdomisili di kecamatan bogorejo. Pada tahun 2012 mantri kesehatan jumlahnya sebanyak 15 orang. bidan sebanyak 17 orang dan sebagian besar berdomisili hampir di setiap desa kecuali desa gembol. Sedangkan jumlah dukun ada sebanyak 12 orang. Jumlah layanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat kecamatan bogorejo pada tahun 2012 mencapai 14.363 buah, dengan pelayanan menggunakan jps mencapai 5.059 buah (28,39 persen). Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat miskin berobat ke puskesmas semakin tinggi.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan bogorejo. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. pada tahun 2012, produksi padi mengalami kenaikan sekitar 44,51 persen dibandingkan tahun 2011. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh meningkatnya luas panen dan adanya musim hujan yang lebih panjang. Begitu juga dengan produksi palawija seluruhnya mengalami peningkatan karena luas lahannya juga mengalami peningkatan.

Komoditi jagung yang merupakan andalan petani mengalami peningkatan produksi, pada tahun 2012 tercatat sebesar 17.014 ton atau naik 14,42 persen. Pada tahun 2011 produksi ubi kayu sebanyak 1.250 ton meningkat menjadi 2.495 ton pada tahun 2012. hal ini disebabkan karena luas panennya mengalami peningkatan. Produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan bogorejo masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2012, produktivitas ubi kayu (193.41 kw/ha) menduduki peringkat teratas dibandingkan tanaman padi (52,11 kw/ha) dan palawija lainnya. Sedangkan tanaman kacang tanah tidak ditanam di kecamatan bogorejo.

Mayoritas penduduk kecamatan bogorejo memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan bogorejo selama tujuh tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Mulai tahun 2003 terjadi peningkatan hingga tahun 2005. Kemudian terus menurun sampai tahun 2011 dan kembali meningkat di tahun 2012.

Potensi sapi potong yang sangat besar tersebut perlu kembangkan dengan stabilisasi harga jual dan pemberian bibit sapi unggul. Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan bogorejo pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar desa sebanyak 4 buah. Pasar desa tersebut terdapat di desa karang, bogorejo, gayam dan sendangrejo. Jumlah perusahaan berbadan hukum di kecamatan bogorejo relatif sedikit dibanding kecamatan yang lain di kabupaten blora. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas perindagkop dan ukm menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan bogorejo pada tahun 2012 sebanyak 28 buah, 27 berbentuk non kud dan sisanya satu buah berbentuk kud.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat. Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan bogorejo adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan bogorejo.

Panjang jalan di kecamatan bogorejo selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan hanya sepanjang 25,2 km. kondisi jalan yang rusak , rusak berat dan rusak ringan mencapai 23,4 km. Dengan kata lain, hanya 7,14 persen saja jalan di kecamatan bogorejo berada dalam kondisi baik. Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.

Keadaan geografis kecamatan bogorejo yang berbukit dan memiliki sungai/ngarai, memerlukan jembatan sebagai salah satu alat penghubung dalam masyarakat. Jumlah jembatan yang terdapat di kecamatan bogorejo sebanyak 15 buah dengan kondisi rusak dan rusak ringan sebanyak 14 buah. Kondisi jembatan yang demikian perlu segera diperbaiki agar kerusakannya tidak semakin parah.

Perekonomian kecamatan bogorejo masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan bogorejo. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 61,13 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa masing-masing memiliki kontribusi sebesar 13.32 persen, 7,27 persen dan 5,74 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangandan penggalian hanya sebesar 0,19 persen.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan bogorejo memiliki nilai yang paling kecil baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan bogorejo adh berlaku hanya 1,99 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan bogorejo menempati peringkat 16 dari 16 kecamatan atau peringkat paling bawah. besaran pdrb kecamatan bogorejo sedikit dibawah pdrb kecamatan sambong. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan bogorejo belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan bogorejo dengan jumlah penduduk sebesar 23.653 jiwa memiliki pdrb perkapita sebesar 3,57 juta rupiah, artinya rata-rata output penduduk kecamatan bogorejo selama setahun sebesar 3,57 juta rupiah atau 350 ribu rupiah perbulan. Angka ini jauh lebih rendah dibanding pdrb perkapita kecamatan blora yang tercatat sebesar 9,50 juta rupiah. Sehingga perlu adanya reformasi di segala bidang termasuk budaya kerja agar produktivitas penduduk kecamatan bogorejo lebih meningkat.

Kecamatan Randublatung


Kecamatan randublatung, secara geografis terletak di bagian selatan kabupaten blora, berjarak 30 km arah selatan dari pusat kota blora. Secara administrasi, kecamatan randublatung di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan jepon, di sebelah timur berbatasan dengan kradenan dan kedungtuban, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan kradenan dan kabupaten ngawi, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan jati. Bentang terjauh kecamatan randublatung dari barat ke timur sepanjang 16 km dan dari utara ke selatan sejauh 34 km. Kecamatan randublatung memiliki wilayah seluas 211,13 km 2 atau 11,60 persen luas kabupaten blora.

Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan randublatung tergolong paling besar yaitu menempati urutan pertama. Desa bodeh merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 24,98 km 2 atau sekitar 11,83 persen dari luas kecamatan randublatung. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah empat desa lain di kecamatan randublatung yaitu desa tlogotuwung, desa pilang, desa sumberjo dan desa kadengan.

Lahan di kecamatan randublatung terdiri atas lahan sawah seluas 3.491,96 hektar (16,54 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 17.621,14 hektar (83,46 persen). lahan bukan sawah terbagi atas 65,69 persen hutan negara, 9,57 persen tegalan, 7,43 persen rumah dan pekarangan dan 0,75 persen lainnya.

Lahan sawah di kecamatan randublatung merupakan sawah tadah hujan yaitu seluas 2.471,601 ha dan sisanya adalah 1.024,0000 menggunakan p2at. dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen satu kali dalam setahun, hanya sebagian lahan di desa kutukan dan desa kediren yang dapat panen dua kali dalam setahun.

Iklim di kecamatan randublatung secara umum tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain di blora. Kecamatan randublatung termasuk daerah dengan curah hujan rendah dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. Selama periode tahun 2012, rata-rata curah hujan di kecamatan randublatung tercatat sebesar 158 mm dengan rata-rata hari hujan tercatat sebanyak 12 hari perbulan. Curah hujan cukup tinggi tercatat pada bulan januari sampai bulan maret dan desember dengan curah hujan di atas 300 mm dan terendah pada bulan juni dengan curah hujan sebesar 13 mm.

Pada tahun 2012, hujan terjadi di setiap bulan kecuali bulan juli dan agustus dengan frekuensi yang berfluktuasi. Hari hujan tercatat cukup sering terjadi pada bulan januari, pebruari, maret, november dan desember dengan hari hujan diatas 15 hari per bulan dan paling sedikit pada bulan juni dengan hari hujan tercatat antara 2 hari hujan.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa.

Secara administrasi, kecamatan randublatung terbagi menjadi 16 desa dan 2 kelurahan, randublatung merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan yang relatif banyak. Untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). Disamping itu, masyarakat randublatung juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi.

Berikut nama kelurahan dan desa di kecamatan Randublatung, sebagai berikut:

1. Bekutuk
2. Bodeh
3. Gembyungan
4. Jeruk
5. Kalisari
6. Kediren
7. Kutukan
8. Ngliron
9. Pilang
10. Plosorejo
11. Sambongwangan
12. Sumberjo
13. Tanggel
14. Temulus
15. Tlogotuwung
16. Kadengan 
17. Randublatung
18. Wulung

Kecamatan randublatung terdiri dari 102 dusun, 91 rukun warga dan 399 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 75.458 jiwa. Kecamatan randublatung dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan randublatung adalah 24 orang. Jumlah perangkat desa di kecamatan randublatung tidak ada perubahan pada tahun 2011 dantahun 2012.

Perangkat desa ditahun 2012 berjumlah 286 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 18 orang, sekdes sebanyak 15 orang dan perangkat desa lainnya sebanyak 252 orang. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak mengalami perubahan dari tahun 2011 dimana tahun 2012 sebanyak 514 orang.

Jumlah penduduk kecamatan randublatung penduduk tahun 2012 tercatat sebanyak 75.458 jiwa, angka ini meningkat dibanding tahun 2011 yang tercatat sebesar 74.329 jiwa. Selama kurun waktu 2011-2012 menunjukkan peningkatan sebesar 1.129 jiwa. hal ini menunjukkan perkembangan penduduk yang berdomisili di kecamatan randublatung relatif stabil. Pada tahun 2012, jumlah penduduk terbesar berdomisili di desa kutukan tercatat sebesar 9.692 jiwa, diikuti penduduk desa pilang dengan jumlah 7.518 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil tercatat di desa tlogotuwung sebesar 1.103 jiwa.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Jumlah sekolah jenjang tk,sd sltp dan slta tahun 2012 yaitu masing-masing sebanyak 46, 58, 14 dan 9 unit. Atau tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain upaya memajukan mutu pendidikan formal, pemerintah daerah kabupaten blora juga terus berupaya mengembangkan pendidikan nonformal melalui pendidikan kesetaraan atau lebih dikenal kejar paket. Kejar paket ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu paket a/kf, paket b dan paket c. Orientasi paket a/kf pada pemberatasan buta aksara dan berhitung. Paket b untuk penyetaraan ijazah setingkat sltp. Sedangkan paket c merupakan penyetaraan ijazah setingkat slta.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan randublatung, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 114 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa kutukan dan wulung, sedangkan pustu tersebar di 6 desa yaitu di desa gembyungan, temulus, bekutuk, plosorejo, jerul dan tanggel.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan randublatung. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. produksi padi pada tahun 2012 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh naiknya luas panen. Sedangkan produksi jagung dan ketela pohon juga mengalami kenaikan karena luas panennya juga mengalami kenaikan.

Tanaman palawija yang mengalami penurunan produksi adalah kacang tanah. Pada tahun 2011 produksi kacang tanah sebanyak 26 ton turun menjadi 17 ton pada tahun 2012. Hal ini disebabkan karena luas panennya mengalami penurunan. Produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan randublatung masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2012, produktivitas ubi kayu (182,67 kw/ha) menduduki peringkat teratas diikuti tanaman padi (45,22 kw/ha) dan palawija lainnya. Sedangkan tanaman yang mempunyai produktivitas terendah adalah tanaman kacang tanah (8,50 kw/ha).

Mayoritas penduduk kecamatan randublatung memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan randublatung selama sepuluh tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan randublatung pada tahun 2012 tidak mengalami perubahan dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 5 buah. Pasar desa tersebut terdapat di desa sambongwangan, randublatung, temulus, kutukan dan wulung.jumlah perusahaan di kecamatan randublatung tergolong banyak jika dibanding kecamatan yang lain.

Perusahaan berbadan hukum di kecamatan randublatung terdiri atas 4 pt, 3 berbadan hukum cv dan berbentuk koperasi ada 31 buah. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan randublatung pada tahun 2012 sebanyak 31 buah, 30 berbentuk non kud dan sisanya satu buah berbentuk kud.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan randublatung adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan randublatung. Panjang jalan di kecamatan randublatung selama dua tahun terakhir ini tidak mengalami perubahan, yaitu sepanjang 79.000 m. Kondisi jalan yang rusak dan rusak ringan mencapai 14,3 km. dengan kata lain, hanya 17 persen saja jalan di kecamatan randublatung berada dalam kondisi baik. Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.

Keadaan geografis kecamatan randublatung yang berbukit dan memiliki sungai/ngarai, memerlukan jembatan sebagai salah satu alat penghubung dalam masyarakat. Jumlah jembatan yang terdapat di kecamatan randublatung sebanyak 71 buah dengan kondisi rusak ringan sebanyak 20 dan kondisi baik sebanyak 51 buah. kondisi jembatan yang demikian perlu segera diperbaiki agar kerusakannya tidak semakin parah.

Perekonomian kecamatan randublatung masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan randublatung. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 68,13 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa masing-masing memiliki kontribusi sebesar 9,48 persen, 7,54 persen dan 5,13 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,05 persen.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan randublatung memiliki nilai yang relatif besar baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan randublatung adh berlaku sebesar 9,15 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan randublatung menempati peringkat 3 dari 16 kecamatan.

Besaran pdrb kecamatan randublatung berada dibawah pdrb kecamatan cepu. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan randublatung belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan Kedungtuban


Kecamatan kedungtuban secara geografis terletak di bagian timur kabupaten blora, berjarak 43 km arah timur dari pusat kota blora. Secara administrasi, kecamatan kedungtuban di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan sambong dan jepon di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan cepu, di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten bojonegoro (jawa timur), sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan randublatung. Bentang terjauh kecamatan kedungtuban dari barat ke timur sepanjang 9 km dan dari utara ke selatan sejauh 16 km. Kecamatan kedungtuban memiliki wilayah seluas 108,65 km 2 atau 5,87 persen luas kabupaten blora.

Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan kedungtuban tergolong luas yaitu menempati urutan ke-8. Desa ngraho merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 18,65 km 2 atau sekitar 17,16 persen dari luas kecamatan kedungtuban. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah enam desa lain di kecamatan kedungtuban yaitu desa ketuwan, jimbung, panolan, klagen, sidorejo dan bajo.

Lahan di kecamatan kedungtuban terdiri atas lahan sawah seluas 4.671,33 hektar (43,72 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 6.193,67 hektar (56,28 persen). lahan bukan sawah terbagi atas 32,76 persen hutan negara, 0,40 persen hutan rakyat 10,16 persen tegalan, 11,09 pesen rumah dan pekarangan dan 1,26 persen lahan lainnya. Lahan sawah yang menggunakan irigasi tehnis dan sederhana sebanyak 220 hektar, sedangkan pengairan desa/non pu seluas 2.534,633 hektar dan sisanya seluas 2.103,067 hektar merupakan sawah tadah hujan.

Dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen satu atau dua kali dalam setahun, kecuali sebagian lahan di desa kalen, kedungtuban dan galuk yang hanya panen satu kali dalam setahun. Pertaniaan di kecamatan kedungtuban selama ini banyak yang menggunakan sumur patek untuk pengairan sawahnya.

Masyarakatnya banyak yang memanfaatkan hutan untuk menunjang ekonominya karena berada di tepian wilayah hutan yang ada di kecamatan kedungtuban. Selama periode tahun 2012, kecamatan tidak bias menampilkan data curah hujan, karena alat pemantau curah hujan rusak. Tetapi keadaan iklim di kecamatan kedungtuban tidak jauh beda dengan kecamatan terdekat seperti kecamatan cepu, kecamatan sambong, dan kecamatan randublatung.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa.

Secara administrasi, kecamatan kedungtuban terbagi menjadi 17 desa dan merupakan kecamatan dengan jumlah desa cukup banyak. untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). disamping itu, masyarakat kedungtuban juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi. Kecamatan kedungtuban terdiri dari 45 dusun, 64 rukun warga dan 410 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 54.220 jiwa.

Kecamatan kedungtuban dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan kedungtuban adalah 37 orang. Jumlah perangkat desa di kecamatan kedungtuban tidak mengalami perubahan sejak tahun 2008. Perangkat desa berjumlah 38 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 17 orang, sekdes sebanyak 14 orang dan perangkat desa lainnya sebanyak 7 orang. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas), tidak ada perubahan yaitu berjumlah 561 orang.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. jumlah sekolah jenjang tk, sd dan slta masih tetap sama dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 48, 51 dan 4 unit. sedangkan sekolah setingkat sltp mengalami penurunan dari 9 unuit di tahun 2011 menjadi 8 unit di tahun 2012.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan kedungtuban, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 75 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa ketuwan dan ngraho, sedangkan puskesmas pembantu terletak di desa kemantren, wado dan galuk.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan kedungtuban. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. produksi padi mengalami peningkatan sekitar 11,93 persen dibandingkan tahun 2011. Sedangkan produksi palawija sebagian mengalami penurunan karena sebagian petani kembali menggunakan lahannya untuk menanam padi daripada palawija.

Mayoritas penduduk kecamatan kedungtuban memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan kedungtuban selama tujuh tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Mulai tahun 2003 terjadi peningkatan hingga tahun 2006. Kemudian terus menurun sampai tahun 2008 dan selama dua tahun terakhir kembali meningkat.

Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan kedungtuban pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 16 buah. Pasar desa tersebut terdapat di desa gondel, ketuwan, sidorejo, wado, sogo, bajo, nglandeyan, kalen, kedungtuban dan galuk.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan kedungtuban adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan kedungtuban. Panjang jalan di kecamatan kedungtuban selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan hanya sepanjang 33,3 km. Kondisi jalan yang rusak, rusak ringan dan rusak berat mencapai 25,7 km. Dengan kata lain, hanya 22,82 persen saja jalan di kecamatan kedungtuban berada dalam kondisi baik. Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.

Perekonomian kecamatan kedungtuban masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan kedungtuban. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 75,24 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor keuangan dan Sektor jasa-jasa masing-masing memiliki kontribusi sebesar 5,79 persen, 5,74 persen dan 4,19 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,19 persen.

Sektor pertanian sangat rentan terhadap kondisi iklim, cuaca dan hama penyakit serta perlu waktu cukup lama untuk meningkatkan produksi. Nilai tambah sektor pertanian relatif lebih kecil dan cenderung berfluktuasi dibanding sektor-sektor lain sehingga akselerasi pembangunan tidak maksimal.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan kedungtuban memiliki nilai yang relatif besar baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan kedungtuban sebesar 6,72 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan kedungtuban menempati peringkat 6 dari 16 kecamatan.

Besaran pdrb kecamatan kedungtuban berada di bawah pdrb kecamatan cepu. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan kedungtuban belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Popular Posts

close