Petilasan Kadipaten Jipang Panolan berada di Desa Jipang, Kecamatan Cepu, Blora, (berjarak sekitar 8 kilometer dari kota Cepu) berupa makam Gedong Ageng. Untuk mencapai daerah Jipang, bisa ditempuh dengan kendaraan sepeda motor atau mobil.
Pada jamannya tempat ini merupakan pusat pemerintahan Kadipaten Jipang. Di tempat ini ada makam kerabat Kadipaten Jipang, diantaranya makam R. Bagus Sosrokusumo, R. Bagus Sumantri, RA Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo.
Peninggalan lainnya adalah Makam Santri Songo, yang berada di sebelah Utara Makam Gedong Ageng, berupa makam sembilan santri yang diduga mata-mata Pajang yang ditangkap dan dibunuh oleh prajurit Jipang.
Selain itu ada juga Petilasan Bengawan Sore, dan Petilasan Masjid Jipang Panolan, Petilasan Semayam Kaputren, dan Petilasan Siti Hinggil.
Menurut juru kunci Makam Gedong Ageng, Salekun (50), setiap hari selalu ada pengunjung yang datang ke makam. Tidak saja dari daerah di sekitarnya, tapi juga dari luar daerah, terutama Solo dan Yogyakarta. Mereka datang dengan berbagai maksud. Ada yang sekadar ingin mengunjungi dan melihat dari dekat peninggalan sejarah zaman Mataram Islam ini, banyak pula yang datang dengan hajat tertentu.
Setiap pengunjung Petilasan Kadipaten Jipang Panolan ini harus menjaga sopan santun, terutama saat masuk ke lingkup makam. Menurut juru kunci Salekun, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar saat berkunjung ke makam. Pantangan itu antara lain dilarang membawa benda-benda yang ada di lingkungan makam, bahkan secuil tanah pun.
Pengunjung juga diminta untuk uluk salam terlebih dahulu saat akan masuk makam, dan jangan tinggi hati atau menyepelekan hal-hal yang ada dalam kompleks makam.
“Kalau pantangan-pantaangan ini dilanggar biasanya ada kejadian yang tidak baik menimpa orang tersebut”, ujarnya.
Warga Jipang juga memiliki tradisi sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur. Tradisi ini disebut dengan manganan dan biasanya dilakukan di makam Gedong Ageng. Setidaknya ada tiga acara manganan, yakni saat turun hujan pertama kali, saat tanam padi, dan saat panen. Acara ini biasanya disertai dengan pertunjukan seni tradisi, seperti ketoprak, wayang krucil, wayang kulit, atau seni tradisi yang lain.
Pada jamannya tempat ini merupakan pusat pemerintahan Kadipaten Jipang. Di tempat ini ada makam kerabat Kadipaten Jipang, diantaranya makam R. Bagus Sosrokusumo, R. Bagus Sumantri, RA Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo.
Peninggalan lainnya adalah Makam Santri Songo, yang berada di sebelah Utara Makam Gedong Ageng, berupa makam sembilan santri yang diduga mata-mata Pajang yang ditangkap dan dibunuh oleh prajurit Jipang.
Selain itu ada juga Petilasan Bengawan Sore, dan Petilasan Masjid Jipang Panolan, Petilasan Semayam Kaputren, dan Petilasan Siti Hinggil.
Menurut juru kunci Makam Gedong Ageng, Salekun (50), setiap hari selalu ada pengunjung yang datang ke makam. Tidak saja dari daerah di sekitarnya, tapi juga dari luar daerah, terutama Solo dan Yogyakarta. Mereka datang dengan berbagai maksud. Ada yang sekadar ingin mengunjungi dan melihat dari dekat peninggalan sejarah zaman Mataram Islam ini, banyak pula yang datang dengan hajat tertentu.
Setiap pengunjung Petilasan Kadipaten Jipang Panolan ini harus menjaga sopan santun, terutama saat masuk ke lingkup makam. Menurut juru kunci Salekun, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar saat berkunjung ke makam. Pantangan itu antara lain dilarang membawa benda-benda yang ada di lingkungan makam, bahkan secuil tanah pun.
Pengunjung juga diminta untuk uluk salam terlebih dahulu saat akan masuk makam, dan jangan tinggi hati atau menyepelekan hal-hal yang ada dalam kompleks makam.
“Kalau pantangan-pantaangan ini dilanggar biasanya ada kejadian yang tidak baik menimpa orang tersebut”, ujarnya.
Warga Jipang juga memiliki tradisi sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur. Tradisi ini disebut dengan manganan dan biasanya dilakukan di makam Gedong Ageng. Setidaknya ada tiga acara manganan, yakni saat turun hujan pertama kali, saat tanam padi, dan saat panen. Acara ini biasanya disertai dengan pertunjukan seni tradisi, seperti ketoprak, wayang krucil, wayang kulit, atau seni tradisi yang lain.