Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Klenteng Hok Tik Bio Blora akan menggelar pertunjukan wayang potehi dan bakti sosial Cisuak (ruwatan tolak bala) serta ritual Cia Sin (pengobatan umum). Acara ini digelar dalam rangka memperingati She Jit atau ulang tahun Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin di Klenteng Hok Tik Bio Blora.
Ketua Yayasan TITD klenteng Hok Tik Bio Budilistijo Suboko menyampaikan perayaan hari She Jit atau ulang tahun Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin diselenggarakan selama tiga hari, Sabtu (22/2/2020) hingga Senin (24/2/2020).
"Dimana pada acara ulang tahun ini, biasanya kita menyajikan pertunjukan wayang kulit. Namun kali ini disajikan pertunjukan wayang potehi, seperti tahun 2019 lalu. Jadi ini kedua kali wayang potehi ditampilkan", kata Suboko, di Blora, Sabtu (8/2/2020).
Di samping itu, yang lebih utama, kata Suboko, mengadakan bakti sosial yaitu dengan pelayanan bakti sosial Cisuak (ruwatan tolak bala) serta ritual Cia Sin (pengobatan umum).
Dipilihnya wayang potehi, kata dia, merupakan tradisi klenteng yang disajikang atau dipertunjukkan oleh pengurus atau para umat kepada Kongco Hok Tek Tjing Sin atau Kongco yang lain pada perayaan ulang tahun.
"Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin adalah malaikat bumi. Kongco ini adalah penguasa bumi yang memberi berkah hidup kepada seluruh umat manusia. Karena manusia itu hidup, semua berasal dari bumi", ujarnya.
Sekretaris Yayasan Klenteng Hok Tik Bio Blora, Bambang Suharto, menyampaikan susunan acara yang telah disepakati selama tiga hari yaitu pada hari pertama Sabtu (22/2/2020) pukul 10.00-12.00 WIB Cisuak (ruwatan tolak bala umum), pukul 15.30 – 17.30 wayang potehi, pukul 18.30-20.30 WIB ritual Cia Sin (pengobatan umum). Kemudian hari kedua, Minggu (23/2/2020) pada pukul 15.30-17.30 WIB wayang potehi, pukul 18.30-20.30 ritual Cia Sin (pengobatan umum), pukul 20.30-22.30 wayang potehi. Pada hari ketiga, Senin (24/2/2020) pukul 15.30-17.30 WIB wayang potehi yang dilanjutkan pukul 20.30-22.30 WIB.
"Bagi warga masyarakat Blora, silahkan datang dan hadir menyaksikan pertunjukan wayang potehi atau mengikuti ruwatan tolak bala serta pengobatan umum", katanya.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Kabupaten Blora M Solichan Mochtar mengapresiasi gelaran wayang potehi yang dihelat Yayasan TITD Klenteng Hok Tik Bio Blora.
"Sangat mengapresiasi. Dalang wayang potehi sangat sedikit, padahal cerita wayang potehi cukup bagus, biasanya menceritakan sejarah dan perkembangan dari Tiongkok. Jadi cukup bagus kegiatan ini", katanya.
Menurutnya, kebanyakan dalang wayang potehi berusia lanjut dan mengalami kesulitan dalam mewariskan keahlian itu.
"Bahkan hampir tidak ada generasi muda, khususnya Tionghoa, yang berminat menekuni kesenian wayang potehi sehingga dengan digelarnya pertunjukan wayang potehi ini diharapkan menumbuhkan semangat pelestarian dan alkuturasi budaya secara berdampingan", katanya.
Dari berbagai sumber literasi, menurut Solichan, wayang potehi merupakan seni pertunjukan boneka tradisional yang berasal dari Fujian, daerah asal utama imigran Tionghoa di Indonesia. Potehi berasal dari kata poo (kain), tay (kantong), dan hie (wayang) sehingga dapat dimaknai potehi merupakan boneka kayu dengan kantong kain.
Ukuran boneka kecil, bagian kepala tersambung dengan kantong kain, dan mengenakan pakaian karakter wayang.
"Tangan dalang dimasukkan ke dalam kantong untuk mengendalikan gerak boneka terutama bagian kepala dan kedua tangan", terangnya.
Wayang potehi konon bermula pada zaman Dinasti Han (206 SM-220 M) yang berkembang pada masa Dinasti Tang (618-907 M) dan Dinasti Song (960-1279 M).
Wayang potehi sangat populer di daerah Fujian dan Taiwan. Potehi dibawa ke Indonesia oleh imigran dari Fujian atau orang Hokkian. Tema lakon kebanyakan diangkat dari cerita sejarah atau kisah cinta Tiongkok, misalnya legenda Samkok (tiga kerajaan), Hong Kian Cun Ciu, Cun Hun Cauw Kok, Poei Sie Giok, Sie Djien Kui Ceng Tang, Sie Djien Kui Ceng See, Sun Wu Kong (Perjalanan ke Barat) dan sebagainya.
sumber info dari : Dinkominfo Kab. Blora