Untuk Anda Kami Ada

Klenteng Hok Tik Bio Blora Akan Gelar Pertunjukan Wayang Potehi


Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Klenteng Hok Tik Bio Blora akan menggelar pertunjukan wayang potehi dan bakti sosial Cisuak (ruwatan tolak bala) serta ritual Cia Sin (pengobatan umum). Acara ini digelar dalam rangka memperingati She Jit atau ulang tahun Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin di Klenteng Hok Tik Bio Blora.

Ketua Yayasan TITD klenteng Hok Tik Bio Budilistijo Suboko menyampaikan perayaan hari She Jit atau ulang tahun Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin diselenggarakan selama tiga hari, Sabtu (22/2/2020) hingga Senin (24/2/2020).

"Dimana pada acara ulang tahun ini, biasanya kita menyajikan pertunjukan wayang kulit. Namun kali ini disajikan pertunjukan wayang potehi, seperti tahun 2019 lalu. Jadi ini kedua kali wayang potehi ditampilkan", kata Suboko, di Blora, Sabtu (8/2/2020).

Di samping itu, yang lebih utama, kata Suboko, mengadakan bakti sosial yaitu dengan pelayanan bakti sosial Cisuak (ruwatan tolak bala) serta ritual Cia Sin (pengobatan umum).

Dipilihnya wayang potehi, kata dia, merupakan tradisi klenteng yang disajikang atau dipertunjukkan oleh pengurus atau para umat kepada Kongco Hok Tek Tjing Sin atau Kongco yang lain pada perayaan ulang tahun.

"Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin adalah malaikat bumi. Kongco ini adalah penguasa bumi yang memberi berkah hidup kepada seluruh umat manusia. Karena manusia itu hidup, semua berasal dari bumi", ujarnya.

Sekretaris Yayasan Klenteng Hok Tik Bio Blora, Bambang Suharto, menyampaikan susunan acara yang telah disepakati selama tiga hari yaitu pada hari pertama Sabtu (22/2/2020) pukul 10.00-12.00 WIB Cisuak (ruwatan tolak bala umum), pukul 15.30 – 17.30 wayang potehi, pukul 18.30-20.30 WIB ritual Cia Sin (pengobatan umum). Kemudian hari kedua, Minggu (23/2/2020) pada pukul 15.30-17.30 WIB wayang potehi, pukul 18.30-20.30 ritual Cia Sin (pengobatan umum), pukul 20.30-22.30 wayang potehi. Pada hari ketiga, Senin (24/2/2020) pukul 15.30-17.30 WIB wayang potehi yang dilanjutkan pukul 20.30-22.30 WIB.

"Bagi warga masyarakat Blora, silahkan datang dan hadir menyaksikan pertunjukan wayang potehi atau mengikuti ruwatan tolak bala serta pengobatan umum", katanya.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Kabupaten Blora M Solichan Mochtar mengapresiasi gelaran wayang potehi yang dihelat Yayasan TITD Klenteng Hok Tik Bio Blora.

"Sangat mengapresiasi. Dalang wayang potehi sangat sedikit, padahal cerita wayang potehi cukup bagus, biasanya menceritakan sejarah dan perkembangan dari Tiongkok. Jadi cukup bagus kegiatan ini", katanya.

Menurutnya, kebanyakan dalang wayang potehi berusia lanjut dan mengalami kesulitan dalam mewariskan keahlian itu.

"Bahkan hampir tidak ada generasi muda, khususnya Tionghoa, yang berminat menekuni kesenian wayang potehi sehingga dengan digelarnya pertunjukan wayang potehi ini diharapkan menumbuhkan semangat pelestarian dan alkuturasi budaya secara berdampingan", katanya.

Dari berbagai sumber literasi, menurut Solichan, wayang potehi merupakan seni pertunjukan boneka tradisional yang berasal dari Fujian, daerah asal utama imigran Tionghoa di Indonesia. Potehi berasal dari kata poo (kain), tay (kantong), dan hie (wayang) sehingga dapat dimaknai potehi merupakan boneka kayu dengan kantong kain.

Ukuran boneka kecil, bagian kepala tersambung dengan kantong kain, dan mengenakan pakaian karakter wayang.

"Tangan dalang dimasukkan ke dalam kantong untuk mengendalikan gerak boneka terutama bagian kepala dan kedua tangan", terangnya.

Wayang potehi konon bermula pada zaman Dinasti Han (206 SM-220 M) yang berkembang pada masa Dinasti Tang (618-907 M) dan Dinasti Song (960-1279 M).

Wayang potehi sangat populer di daerah Fujian dan Taiwan. Potehi dibawa ke Indonesia oleh imigran dari Fujian atau orang Hokkian. Tema lakon kebanyakan diangkat dari cerita sejarah atau kisah cinta Tiongkok, misalnya legenda Samkok (tiga kerajaan), Hong Kian Cun Ciu, Cun Hun Cauw Kok, Poei Sie Giok, Sie Djien Kui Ceng Tang, Sie Djien Kui Ceng See, Sun Wu Kong (Perjalanan ke Barat) dan sebagainya.

sumber info dari : Dinkominfo Kab. Blora

Kapolsek Jiken Ajak Warga Tangkal Radikalisme


Menyikapi perkembangan situasi yang saat ini berkembang seperti masih adanya eksistensi kelompok radikal, teroris serta kelompok anti pancasila, Kapolsek Jiken Polres Blora Polda Jateng Iptu Eko Septi Supriyono,SE mengajak masyarakat Blora untuk tetap waspada dan mengantisipasinya.

Hal tersebut disampaikan saat Safari Jumat Polsek Jiken Polres Blora di Masjid Baitun Naim Desa Singonegoro Kecamatan Jiken Blora, Jumat,( 31/01/2020)

Di hadapan jamaah sholat Jumat, sebelum khotib naik mimbar, kapolsek menyampaikan himbauan kamtibmas kepada warga. Selain mengajak warga untuk ikut aktif dalam poskamling demi menjaga situasi kamtibmas, terutama di wilayah Desa Singonegoro agar tetap aman dan kondusif, Iptu Eko juga menghimbau agar warga selalu jalin kerukunan dan toleransi antar umat beragama.

"Kerukunan dan toleransi harus senantiasa kita jaga, karena dengan kerukunan akan tercipta situasi yang adem dan kondusif, jangan mudah terpengaruh oleh hoax atau Isu SARA yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan", Ucap Iptu Eko.

Mengakhiri sambutannya Iptu Eko menegaskan kepada warga untuk ikut bersama menangkal paham radikal yang antipancasila yang cenderung memecah belah persatuan bangsa.

"Mari kita bersama tolak paham radikalisme, jika ada orang asing atau warga baru yang mencurigakan, silahkan laporan kepada perangkat desa, atau bhabinkamtibmas dan babinsa", Pungkas Eko.

Sementara itu mbah Warno, salah satu warga desa Singonegoro mengapresiasi positif kegiatan safari Jumat Polsek Jiken ini, meskipun awalnya kaget dengan kedatangan polisi namun senang dengan adanya polisi blusukan ke desa untuk sampaikan himbauan Kamtibmas.

Safari Jumat adalah salah satu program dari Kapolsek Jiken Polres Blora Iptu Eko Septi Supriyono,SE selain sebagai kegiatan sosial dan mendekatkan diri kepada warga, melalui safari Jumat ini sekaligus diselingi dengan penyampaian himbauan kamtibmas kepada warga.

sumber info dari : polsek_jiken

Mendag Blusukan Ke Pasar Rakyat Sido Makmur Blora


Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia, Agus Suparmanto melaksanakan kunjungan kerja di Kabupaten Blora, Selasa (29/1/2020). Agenda pertama yang dilakukan adalah Mendag Blusukan Ke Pasar Rakyat Sido Makmur Blora.

Setibanya di Pasar Rakyat Sido Makmur, Mendag dengan didampingi Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Bupati Blora, Wakil Bupati Blora, dan jajaran Forkopimda, langsung turun di halaman belakang untuk berdialog dengan pedagang.

Lapak yang pertama kali dituju adalah pedagang buah-buahan yang berada di Blok D. Disini Mendag disambati para pedagang yang menginginkan agar Blok D bisa segera dibangun seperti Blok A, B dan C.

"Alhamdulillah Pak Menteri bisa datang kesini. Pak saya minta dibangunkan lagi untuk Blok D nya. Tapi jangan dibikin meja, kalau pakai meja ukurannya kecil. Kita minta lesehan saja seperti ini tapi atapnya seperti Blok A, B, dan C", ucap Sriyati, salah satu pedagang.

Menanggapi permintaan tersebut, Mendag menyampaikan bahwa sebaiknya jika tidak ingin dibangunkan dengan meja, cukup dasaran dagangannya ditinggikan agar tidak kebanjiran saat hujan lebat, dan tidak becek.



"Nanti dikoordinasikan dengan Pak Dirjen Perdagangan Dalam Negeri dan Pak Bupati. Pada prinsipnya Kemendag akan mendukung revitalisasi pasar-pasar tradisional se Indonesia menjadi Pasar Rakyat yang bersih, rapi dan nyaman", ucap Mendag.

Usai dari lapak Blok D yang masih berupa tenda-tenda non permanen, Mendag bergeser ke Blok C meninjau pedagang cabai, sayuran, daging, dan toko kelontong. Menurut Mendag semua harga komoditas di Pasar Rakyat Sido Makmur Blora yang ditinjau tadi masih di batas normal sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.

Sementara itu, Bupati Djoko Nugroho mengakui bahwa Pasar Rakyat Sido Makmur yang sudah terbangun memang baru Blok A, B dan C. Sedangkan untuk Blok D belum terbangun, baru dipasang paving sebagai dasar lapak pedagang saja.

"Kita upayakan agar kedepan Blok D bisa segera ikut terbangun. Semoga usulan para pedagang tadi bisa dicatat langsung oleh Pak Mendag dan jajarannya, agar nantinya bisa dibantu untuk pembangunannya", ucap Bupati.

Kegiatan blusukan di Pasar Rakyat Sido Makmur diakhiri dengan menggelar operasi pasar yang menjual gula pasir atau gula putih seharga Rp 11.500 per kilogram, dan minyak goreng seharga Rp 10.500 per liter.

sumber info dari : Dinkominfo Kab. Blora

Kampung Durian Nglawungan


Blora yang dulu dikenal kering dan tandus karena letaknya di pegunungan kapur, kini sudah berubah. Berbagai komoditas buah tumbuh subur di wilayah yang berjuluk Kota Barongan ini, salah satunya durian di kampung nglawungan.

Ada puluhan jenis durian lokal tumbuh subur di Kampung Durian Nglawungan, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan. Pohon durian itu tumbuh di pekarangan dan perkebunan milik warga Dukuh Nglawungan.

Dari puluhan jenis durian, salah satu durian yang enak dan menjadi idola pengunjung adalah durian saru. Entah mengapa warga setempat memberikan nama durian saru, belum terjawab sebabnya. Namun nama itu sudah dikenal oleh para pecinta durian yang sejak akhir Januari lalu mulai berkunjung untuk mencari durian saru di Kampung Durian Nglawungan.



Seluruh durian yang ada di Kebun Nglawungan tidak ada yang dipetik dari pohon. Semuanya jatuh sendiri sehingga dijamin semuanya matang/ masak dari pohon. Bukan hasil "imbon".

Untuk menjangkau lokasi kebun durian, pengunjung dari Blora bisa mengarah ke arah barat atau menuju Jl.Blora-Purwodadi KM 4. Setibanya di perempatan Maguan akan ada papan penunjuk arah ke Waduk Greneng, ambil belok kanan ke arah Waduk Greneng yang satu jalan dengan arah kantor Kecamatan Tunjungan sejauh 9 km.

Setelah sampai Pasar Tunjungan, pengunjung dipersilahkan belok ke kiri arah Waduk Greneng sejauh 2 km. Sampai pertigaan papan petunjuk Waduk Greneng, pengunjung diminta untuk ambil kiri menuju Nglawungan. Jika ke kanan akan sampai ke Waduk Greneng. Pasalnya Kampung Durian Nglawunga terletak di sebelah selatan Waduk Greneng.

Nyasar Di Tempat Yang Sunyi Dan Damai Di Bendung Goa Landak

Bendung Goa Landak

Awal yang tak sengaja, karena tujuan sebenarnya hanya ingin bersepeda menikmati suasana pemandangan pedesaan, persawahan dan hutan disepanjang perjalanan yang saya rencanakan bisa sampai ke jurangjero, bogorejo. Tentu saja perjalanan dengan bersepeda ini akan memakan waktu sekitar 90 menit, mengingat jaraknya yang cukup jauh sekitar 25 Km.

Sepanjang perjalanan, tak ada halangan berarti karena menyusuri jalanan beraspal yang cukup bagus sebagai jalan penghubung antara kecamatan jepon dan kecamatan bogorejo. Tetapi untuk sampai ke desa jurangjero, saya harus mengambil jalan ke utara setelah sampai di pertigaan pasar karang.

Perjalanan dengan bersepeda terus berlanjut hingga melewati dua jembatan dan jalan cor beton di desa karang, dan kemudian perjalanan berat dimulai. Saya merasakan beratnya mengayuh sepeda di jalan berbatu dan kondisi jalan yang menanjak kearah utara, satu- satunya akses jalan ke desa jurangjero.

Jika dicermati, sepertinya kondisi jalan ini sudah pernah di aspal. Mungkin karena kualitas pengerjaan atau material yang digunakan untuk membangun jalan yang tidak bagus, hingga menjadi lebih cepat rusak. Terlihat batuan kricak dan sisa- sisa aspal terkelupas berserakan, hingga terlihat lapisan dasar jalan berupa batuan kapur.

Untungnya selama perjalanan terhibur dengan suasana desa yang penuh dengan keramahan penduduknya. Beberapa kali berhenti dan mampir di warung, sekedar untuk bercengkerama dengan pemiliknya dan bertanya soal arah jalan mana yang harus saya ambil agar tidak nyasar.

Setelah beberapa menit melanjutkan bersepeda, tanpa terasa melewati lahan persawahan yang sedang menguning. Terlihat beberapa orang sedang mengangkut jerami dengan menggunakan motornya, rupanya ada pemilik sawah yang sedang panen padi. Tak ada salahnya untuk berhenti sejenak menikmati pemandangan sawah dan melihat para petani yang sedang panen. Tentunya ini bisa menjadi hiburan tersendiri.

Setelah puas mengabadikan beberapa moment panen padi, perjalanan berlanjut dan masih dalam kondisi jalanan desa yang cukup berat untuk dilalui. Kondisi jalan yang sepi dan rumah penduduk yang mulai jarang, tak ada seorang pun yang bisa ditanya. Sampailah disebuah pertigaan jalan di pinggir sebuah desa yang saya tak tahu namanya.

Hampir tiga puluh menit berhenti, beristirahat, dan berharap banyak ada orang yang lewat untuk sekedar bertanya arah jalan, tetap saja tak ada yang lewat. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil jalan kearah kanan yang menanjak dan masuk kelingkungan desa.

Sekali lagi keramahan penduduk desa yang terlihat sepanjang perjalanan membuat saya berhenti dan menanyakan arah jalan. Kondisi jalan yang menanjak dan jumlah rumah penduduk yang masih sedikit, membuat saya bebas mengarahkan pandangan untuk sekedar menikmati suasana desa yang sepi dan berudara sejuk.

Tanpa sengaja saya melihat sebuah kawasan yang cukup luas dengan air yang cukup melimpah, sepertinya sebuah embung atau bendungan. Posisinya berada di sebelah barat desa, di tengah lahan persawahan. Saya pun akhirnya harus kembali turun ke pertigaan jalan dipinggir desa tadi. Ternyata jalan terdekat dan mudah menuju ke kawasan itu adalah dari pertigaan jalan pinggir desa kearah kiri.

Menyusuri jalan tanah dan dibagian pinggirnya ada saluran air atau lebih tepatnya irigasi, dan tak membutuhkan waktu lama pun akhirnya sampai juga ke kawasan ini.

Pintu air
Bendung Goa Landak

Ternyata namanya "Bendung Goa Landak" dan saya tak tahu mengapa dinamakan demikian. Setelah saya menanyakan ke beberapa orang yang saya jumpai, nama itu di ambil dari beberapa goa atau lubang- lubang besar yang ada disekitar pintu air yang saat ini telah ditutup.

Perluasan kawasan bendungan dan perbaikan pintu air, menyebabkan goa- goa itu harus ditutup agar air yang tertampung dibendungan tidak masuk ke goa- goa atau lubang- lubang itu. Mengenai hewan Landak yang menghuni goa- goa itu, penduduk desa pun tak ada yang tahu karena keberadaan landak itu hanya cerita turun- temurun saja.

Melihat- lihat sekeliling bendung goa landak ini, membuat saya harus membatalkan tujuan semula. Suasana yang jauh dari kebisingan suara knalpot, polusi udara, dan tentunya pemandangan sekitar bendung goa landak, membuat saya betah berlama- lama untuk menikmatinya. Bersepeda ke jurangjero akan saya lakukan lain waktu saja.

Irigasi Bendung Goa Landak


Sepertinya bendung goa landak ini sudah sejak lama ada, tentu saja kondisinya tidak seperti saat ini. Ini terlihat dari bangunan pintu air yang masih menggunakan struktur konstruksi bangunan yang lama. Jika diamati lebih detail, konstruksi pintu air mirip bangunan jaman orde lama dan masih difungsikan.

Sejauh mata memandang kearah selatan, ternyata bendung ini bisa mengairi lahan persawahan yang sangat luas pada musim penghujan. Sayangnya saat ini sedang musim kemarau, hingga airnya surut tidak bisa untuk mengairi sawah. Sedangkan pada bagian utara adalah landscape perbukitan kapur dan hutan jati.

Keberadaan Bendung Goa Landak ini belum banyak yang mengetahui, termasuk saya yang baru pertamakali menginjakkan kaki disini. Tentunya inilah pengalaman "Nyasar Di Tempat Yang Sunyi Dan Damai Di Bendung Goa Landak", untuk pertamakalinya saat bersepeda menikmati suasana pedesaan yang jaraknya bisa dibilang cukup jauh dari pusat kota blora.

Embung Plered Digadang Menjadi Destinasi Wisata Baru Di Blora

Embung Plered, Destinasi wisata Blora

Embung Plered letaknya ternyata berada dipinggir hutan sebelah selatan dukuh betet, desa purworejo, kecamatan Blora. Meski pada awalnya untuk mencari lokasi embung ini, saya harus bertanya kepada banyak orang yang mungkin pernah mendengar atau bahkan sudah mengunjungi tempat ini. Pada kenyataannya masih banyak yang belum tahu, beberapa orang bahkan menunjukkan dan mengarahkan saya untuk menuju ke embung desa kemiri, kecamatan Jepon.

Kurang informasi atau lebih tepatnya tidak ada promosi, yang membuat Embung Plered ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Mungkin juga disebabkan karena tempatnya yang jauh dari keramaian pusat kota Blora, yang membuat masyarakat enggan untuk berkunjung ke embung ini. Embung buatan seluas 1,5 hektar ini cukup menarik untuk dikunjungi karena lokasinya berada dipinggir hutan jati dan persawahan di sebelah selatan desa purworejo.

Embung Plered dibangun dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan air untuk persawahan di desa purworejo dan sekitarnya. Namun demikian selain untuk kebutuhan pertanian, tentu saja dapat dimanfaatkan untuk yang lainnya, seperti rekreasi menikmati pemandangan, sekedar berjalan mengelilingi embung dan memancing. Tak perlu takut untuk berlama- lama di embung pleret, bila kehabisan bekal dapat membeli minuman atau makanan kecil di "Warung Mbak Mega Jomblang" satu- satunya warung sederhana yang ada di sini.

Masih banyak hal yang harus diperbaiki, ditambah dan dirawat dengan baik, bila mengharapkan Embung Plered ini dapat menjadi destinasi wisata baru di blora. Yang paling mendesak untuk dilakukan adalah menata lingkungan sekitar Embung agar terlihat lebih asri dan hijau dengan melakukan reboisasi. Akses jalan masuk menuju desa purworejo juga harus segera diperbaiki. Dan tentunya, penyebaran informasi tentang embung plered sebagai destinasi wisata baru di blora juga sangat penting untuk dilakukan segera.

Saya tidak akan menceritakan rute perjalanan yang mana yang akan anda tempuh jika ingin ke Embung Plered?. Silakan gunakan google map saja, cara termudah untuk mengetahui rute pilihan terdekat dari posisi anda. Jangan kuatir, kondisi jalan yang akan anda lalui tidak terlalu buruk. Untuk memperlancar perjalanan anda menuju ke embung, dan jalan mana yang harus anda pilih, karena banyaknya persimpangan jalan. Agar anda tidak tersesat, sebaiknya sempatkan untuk berinteraksi dengan masyarakat dengan berhenti di warung atau toko.

Mengunjungi Embung Plered sebaiknya dilakukan secara berkelompok, entah itu bersepeda, menggunakan motor, ataupun mobil. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada yang mengalami kerusakan, karena sepanjang jalur menuju Embung Plered tidak saya temukan adanya Bengkel yang buka pada hari minggu.

Kemeriahan Cap Go Meh Di Klenteng TITD Hok Tik Bio, Blora


Cap Go Meh memiliki arti hari kelimabelas dan hari terakhir masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas umat Tionghoa di seluruh dunia. Istilah Cap Go Meh sendiri berasal dari bahasa hokkien, Cap berarti Sepuluh, Go berarti Lima, Meh berarti Malam. Disimpulkan bahwa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama 15 hari sejak awal tahun baru dan diakhiri dengan Cap Go Meh.

Peringatan Cap Go Meh yang selalu dirayakan umat Tionghoa di hari kelimabelas bulan pertama penanggalan Imlek setelah tahun baru diselenggarakan di Klenteng TITD Hok Tik Bio Blora, Senin sore (22/2)dan dimeriahkan dengan atraksi barongsai dan naga mustika.

Atraksi Barongsai dimainkan oleh anak-anak dan remaja klenteng.

Sejak pukul 17.00 WIB, ratusan warga Blora beramai-ramai memadati halaman klenteng untuk menyaksikan anak-anak dengan lincah memainkan kesenian yang berasal dari tanah leluhur umat Tionghoa ini. Dengan atraktif, barongsai serta leang leong bergantian naik susunan kursi dan memberikan penghormatan kepada dewa kemudian kepada para penonton yang memadati halaman klenteng sejak sore hingga petang.

Koh Njin - pengurus klenteng, menyatakan:

"Kami mengajarkan kesenian ini kepada anak-anak agar tetap ada regenerasi sehingga di Blora ada penerus pemain barongsai dan leang leong".

"Kami menampilkan anak-anak sebagai pemain barongsai dan leang leong agar terbiasa tampil di depan umum, untuk membentuk mental anak-anak".

Kuliner Lontong Khas Cap Go Meh, Dibagikan Gratis Untuk Para Pengunjung.

Tidak lengkap rasanya jika perayaan Cap Go Meh tanpa kuliner Lontong Khas Cap Go Meh. Seperti yang dilakukan umat Tionghoa di Blora, pada Senin sore (22/2) untuk menyambut malam Cap Go Meh di halaman Klenteng TITD Hok Tik Bio membagikan kuliner khas Lontong Cap Go Meh kepada para pengunjung sembari menyaksikan atraksi barongsai dan leang leong.


Kuliner khas tahunan yang hanya ada disaat merayakan Cap Go Meh ini pun langsung habis diserbu anak-anak dan orang dewasa yang hadir di halaman klenteng hingga Senin petang tadi. Dengan lahap, mereka menikmati kelezatan Lontong Cap Go Meh yang dimasak ibu-ibu Yayasan Klenteng TITD Hok Tik Bio Blora.

Anis - salah satu pengunjung klenteng, mengatakan:

"Saya baru sekali ini ikut merasakan lontong cap go meh, sebelumnya belum pernah, ternyata enak, sedikit pedas dengan bumbu sambal gorengnya dan hampir mirip lontong opor namun ini lebih banyak bumbunya".

Totok - penjaga Klenteng TITD Hok Tik Bio Blora, menyatakan :

"Pembagian lontong cap go meh sudah rutin dilakukan setiap tahun dalam rangka mengakhiri peringatan Tahun Baru Imlek di hari kelimabelas bulan pertama".

"Kalau orang islam di Jawa kan ada lebaran ketupat setelah sepekan Idul Fitri. Kalau di umat Tionghoa ini istilahnya Cap Go Meh yakni 15 hari pasca peringatan tahun baru imlek bertepatan saat bulan purnama sambil menikmati lontong cap go meh".

"Lontong Cap Go Meh hanya ada di Indonesia sebagai wujud akulturasi budaya jawa dan tiongkok, sementara di Tiongkok sendiri tidak ada yang namanya lontong cap go meh".

Untuk diketahui, pada dasarnya lontong cap go meh adalah masakan adaptasi peranakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan asli Indonesia, tepatnya masakan Jawa. Hidangan ini terdiri dari irisan lontong bulat yang melambangkan bulan purnama dengan disajikan bersama sayur opor, lodeh, sambal goreng hati, acar, telur bacem, dan kerupuk.

Acara kemeriahan Cap Go Meh berlangsung hingga malam hari dan kemudian ditutup dengan sembahyangan khusus Cap Go Meh.

Popular Posts

close