Untuk Anda Kami Ada

Showing posts with label Profil Kecamatan. Show all posts
Showing posts with label Profil Kecamatan. Show all posts

Kecamatan Randublatung


Kecamatan randublatung, secara geografis terletak di bagian selatan kabupaten blora, berjarak 30 km arah selatan dari pusat kota blora. Secara administrasi, kecamatan randublatung di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan jepon, di sebelah timur berbatasan dengan kradenan dan kedungtuban, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan kradenan dan kabupaten ngawi, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan jati. Bentang terjauh kecamatan randublatung dari barat ke timur sepanjang 16 km dan dari utara ke selatan sejauh 34 km. Kecamatan randublatung memiliki wilayah seluas 211,13 km 2 atau 11,60 persen luas kabupaten blora.

Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan randublatung tergolong paling besar yaitu menempati urutan pertama. Desa bodeh merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 24,98 km 2 atau sekitar 11,83 persen dari luas kecamatan randublatung. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah empat desa lain di kecamatan randublatung yaitu desa tlogotuwung, desa pilang, desa sumberjo dan desa kadengan.

Lahan di kecamatan randublatung terdiri atas lahan sawah seluas 3.491,96 hektar (16,54 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 17.621,14 hektar (83,46 persen). lahan bukan sawah terbagi atas 65,69 persen hutan negara, 9,57 persen tegalan, 7,43 persen rumah dan pekarangan dan 0,75 persen lainnya.

Lahan sawah di kecamatan randublatung merupakan sawah tadah hujan yaitu seluas 2.471,601 ha dan sisanya adalah 1.024,0000 menggunakan p2at. dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen satu kali dalam setahun, hanya sebagian lahan di desa kutukan dan desa kediren yang dapat panen dua kali dalam setahun.

Iklim di kecamatan randublatung secara umum tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain di blora. Kecamatan randublatung termasuk daerah dengan curah hujan rendah dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. Selama periode tahun 2012, rata-rata curah hujan di kecamatan randublatung tercatat sebesar 158 mm dengan rata-rata hari hujan tercatat sebanyak 12 hari perbulan. Curah hujan cukup tinggi tercatat pada bulan januari sampai bulan maret dan desember dengan curah hujan di atas 300 mm dan terendah pada bulan juni dengan curah hujan sebesar 13 mm.

Pada tahun 2012, hujan terjadi di setiap bulan kecuali bulan juli dan agustus dengan frekuensi yang berfluktuasi. Hari hujan tercatat cukup sering terjadi pada bulan januari, pebruari, maret, november dan desember dengan hari hujan diatas 15 hari per bulan dan paling sedikit pada bulan juni dengan hari hujan tercatat antara 2 hari hujan.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa.

Secara administrasi, kecamatan randublatung terbagi menjadi 16 desa dan 2 kelurahan, randublatung merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan yang relatif banyak. Untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). Disamping itu, masyarakat randublatung juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi.

Kecamatan randublatung terdiri dari 102 dusun, 91 rukun warga dan 399 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 75.458 jiwa. Kecamatan randublatung dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan randublatung adalah 24 orang. Jumlah perangkat desa di kecamatan randublatung tidak ada perubahan pada tahun 2011 dantahun 2012.

Perangkat desa ditahun 2012 berjumlah 286 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 18 orang, sekdes sebanyak 15 orang dan perangkat desa lainnya sebanyak 252 orang. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak mengalami perubahan dari tahun 2011 dimana tahun 2012 sebanyak 514 orang.

Jumlah penduduk kecamatan randublatung penduduk tahun 2012 tercatat sebanyak 75.458 jiwa, angka ini meningkat dibanding tahun 2011 yang tercatat sebesar 74.329 jiwa. Selama kurun waktu 2011-2012 menunjukkan peningkatan sebesar 1.129 jiwa. hal ini menunjukkan perkembangan penduduk yang berdomisili di kecamatan randublatung relatif stabil. Pada tahun 2012, jumlah penduduk terbesar berdomisili di desa kutukan tercatat sebesar 9.692 jiwa, diikuti penduduk desa pilang dengan jumlah 7.518 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil tercatat di desa tlogotuwung sebesar 1.103 jiwa.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Jumlah sekolah jenjang tk,sd sltp dan slta tahun 2012 yaitu masing-masing sebanyak 46, 58, 14 dan 9 unit. Atau tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain upaya memajukan mutu pendidikan formal, pemerintah daerah kabupaten blora juga terus berupaya mengembangkan pendidikan nonformal melalui pendidikan kesetaraan atau lebih dikenal kejar paket. Kejar paket ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu paket a/kf, paket b dan paket c. Orientasi paket a/kf pada pemberatasan buta aksara dan berhitung. Paket b untuk penyetaraan ijazah setingkat sltp. Sedangkan paket c merupakan penyetaraan ijazah setingkat slta.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan randublatung, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 114 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa kutukan dan wulung, sedangkan pustu tersebar di 6 desa yaitu di desa gembyungan, temulus, bekutuk, plosorejo, jerul dan tanggel.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan randublatung. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. produksi padi pada tahun 2012 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh naiknya luas panen. Sedangkan produksi jagung dan ketela pohon juga mengalami kenaikan karena luas panennya juga mengalami kenaikan.

Tanaman palawija yang mengalami penurunan produksi adalah kacang tanah. Pada tahun 2011 produksi kacang tanah sebanyak 26 ton turun menjadi 17 ton pada tahun 2012. Hal ini disebabkan karena luas panennya mengalami penurunan. Produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan randublatung masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2012, produktivitas ubi kayu (182,67 kw/ha) menduduki peringkat teratas diikuti tanaman padi (45,22 kw/ha) dan palawija lainnya. Sedangkan tanaman yang mempunyai produktivitas terendah adalah tanaman kacang tanah (8,50 kw/ha).

Mayoritas penduduk kecamatan randublatung memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan randublatung selama sepuluh tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan randublatung pada tahun 2012 tidak mengalami perubahan dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 5 buah. Pasar desa tersebut terdapat di desa sambongwangan, randublatung, temulus, kutukan dan wulung.jumlah perusahaan di kecamatan randublatung tergolong banyak jika dibanding kecamatan yang lain.

Perusahaan berbadan hukum di kecamatan randublatung terdiri atas 4 pt, 3 berbadan hukum cv dan berbentuk koperasi ada 31 buah. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan randublatung pada tahun 2012 sebanyak 31 buah, 30 berbentuk non kud dan sisanya satu buah berbentuk kud.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan randublatung adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan randublatung. Panjang jalan di kecamatan randublatung selama dua tahun terakhir ini tidak mengalami perubahan, yaitu sepanjang 79.000 m. Kondisi jalan yang rusak dan rusak ringan mencapai 14,3 km. dengan kata lain, hanya 17 persen saja jalan di kecamatan randublatung berada dalam kondisi baik. Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.

Keadaan geografis kecamatan randublatung yang berbukit dan memiliki sungai/ngarai, memerlukan jembatan sebagai salah satu alat penghubung dalam masyarakat. Jumlah jembatan yang terdapat di kecamatan randublatung sebanyak 71 buah dengan kondisi rusak ringan sebanyak 20 dan kondisi baik sebanyak 51 buah. kondisi jembatan yang demikian perlu segera diperbaiki agar kerusakannya tidak semakin parah.

Perekonomian kecamatan randublatung masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan randublatung. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 68,13 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa masing-masing memiliki kontribusi sebesar 9,48 persen, 7,54 persen dan 5,13 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,05 persen.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan randublatung memiliki nilai yang relatif besar baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan randublatung adh berlaku sebesar 9,15 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan randublatung menempati peringkat 3 dari 16 kecamatan.

Besaran pdrb kecamatan randublatung berada dibawah pdrb kecamatan cepu. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan randublatung belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan Kedungtuban


Kecamatan kedungtuban secara geografis terletak di bagian timur kabupaten blora, berjarak 43 km arah timur dari pusat kota blora. Secara administrasi, kecamatan kedungtuban di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan sambong dan jepon di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan cepu, di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten bojonegoro (jawa timur), sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan randublatung. Bentang terjauh kecamatan kedungtuban dari barat ke timur sepanjang 9 km dan dari utara ke selatan sejauh 16 km. Kecamatan kedungtuban memiliki wilayah seluas 108,65 km 2 atau 5,87 persen luas kabupaten blora.

Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan kedungtuban tergolong luas yaitu menempati urutan ke-8. Desa ngraho merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 18,65 km 2 atau sekitar 17,16 persen dari luas kecamatan kedungtuban. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah enam desa lain di kecamatan kedungtuban yaitu desa ketuwan, jimbung, panolan, klagen, sidorejo dan bajo.

Lahan di kecamatan kedungtuban terdiri atas lahan sawah seluas 4.671,33 hektar (43,72 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 6.193,67 hektar (56,28 persen). lahan bukan sawah terbagi atas 32,76 persen hutan negara, 0,40 persen hutan rakyat 10,16 persen tegalan, 11,09 pesen rumah dan pekarangan dan 1,26 persen lahan lainnya. Lahan sawah yang menggunakan irigasi tehnis dan sederhana sebanyak 220 hektar, sedangkan pengairan desa/non pu seluas 2.534,633 hektar dan sisanya seluas 2.103,067 hektar merupakan sawah tadah hujan.

Dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen satu atau dua kali dalam setahun, kecuali sebagian lahan di desa kalen, kedungtuban dan galuk yang hanya panen satu kali dalam setahun. Pertaniaan di kecamatan kedungtuban selama ini banyak yang menggunakan sumur patek untuk pengairan sawahnya.

Masyarakatnya banyak yang memanfaatkan hutan untuk menunjang ekonominya karena berada di tepian wilayah hutan yang ada di kecamatan kedungtuban. Selama periode tahun 2012, kecamatan tidak bias menampilkan data curah hujan, karena alat pemantau curah hujan rusak. Tetapi keadaan iklim di kecamatan kedungtuban tidak jauh beda dengan kecamatan terdekat seperti kecamatan cepu, kecamatan sambong, dan kecamatan randublatung.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa.

Secara administrasi, kecamatan kedungtuban terbagi menjadi 17 desa dan merupakan kecamatan dengan jumlah desa cukup banyak. untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). disamping itu, masyarakat kedungtuban juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi. Kecamatan kedungtuban terdiri dari 45 dusun, 64 rukun warga dan 410 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 54.220 jiwa.

Kecamatan kedungtuban dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan kedungtuban adalah 37 orang. Jumlah perangkat desa di kecamatan kedungtuban tidak mengalami perubahan sejak tahun 2008. Perangkat desa berjumlah 38 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 17 orang, sekdes sebanyak 14 orang dan perangkat desa lainnya sebanyak 7 orang. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas), tidak ada perubahan yaitu berjumlah 561 orang.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. jumlah sekolah jenjang tk, sd dan slta masih tetap sama dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 48, 51 dan 4 unit. sedangkan sekolah setingkat sltp mengalami penurunan dari 9 unuit di tahun 2011 menjadi 8 unit di tahun 2012.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan kedungtuban, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 75 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa ketuwan dan ngraho, sedangkan puskesmas pembantu terletak di desa kemantren, wado dan galuk.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan kedungtuban. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. produksi padi mengalami peningkatan sekitar 11,93 persen dibandingkan tahun 2011. Sedangkan produksi palawija sebagian mengalami penurunan karena sebagian petani kembali menggunakan lahannya untuk menanam padi daripada palawija.

Mayoritas penduduk kecamatan kedungtuban memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan kedungtuban selama tujuh tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Mulai tahun 2003 terjadi peningkatan hingga tahun 2006. Kemudian terus menurun sampai tahun 2008 dan selama dua tahun terakhir kembali meningkat.

Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan kedungtuban pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 16 buah. Pasar desa tersebut terdapat di desa gondel, ketuwan, sidorejo, wado, sogo, bajo, nglandeyan, kalen, kedungtuban dan galuk.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan kedungtuban adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan kedungtuban. Panjang jalan di kecamatan kedungtuban selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan hanya sepanjang 33,3 km. Kondisi jalan yang rusak, rusak ringan dan rusak berat mencapai 25,7 km. Dengan kata lain, hanya 22,82 persen saja jalan di kecamatan kedungtuban berada dalam kondisi baik. Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.

Perekonomian kecamatan kedungtuban masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan kedungtuban. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 75,24 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor keuangan dan Sektor jasa-jasa masing-masing memiliki kontribusi sebesar 5,79 persen, 5,74 persen dan 4,19 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,19 persen.

Sektor pertanian sangat rentan terhadap kondisi iklim, cuaca dan hama penyakit serta perlu waktu cukup lama untuk meningkatkan produksi. Nilai tambah sektor pertanian relatif lebih kecil dan cenderung berfluktuasi dibanding sektor-sektor lain sehingga akselerasi pembangunan tidak maksimal.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan kedungtuban memiliki nilai yang relatif besar baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan kedungtuban sebesar 6,72 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan kedungtuban menempati peringkat 6 dari 16 kecamatan.

Besaran pdrb kecamatan kedungtuban berada di bawah pdrb kecamatan cepu. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan kedungtuban belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan Kradenan


Kecamatan kradenan, secara geografis terletak 42 km dari kota blora atau 162 km dari ibukota provinsi jawa tengah, yang berbatasan dengan provinsi jawa timur yaitu kabupaten ngawi di sebelah selatan dan kabupaten bojonegoro disebelah timur. Kecamatan kradenan terdiri dari 10 desa yang terbagi menjadi 2 wilayah yaitu wilayah selatan dan wilayah utara .

Wilayah selatan terdiri dari 5 desa yaitu desa megeri, desa nglebak, desa getas, desa nginggil dan desa ngrawoh yang kesemuannya secara geografis terletak di tengah hutan kecamatan kradenan memiliki wilayah seluas 109,508 km 2 atau 6,01 persen luas kabupaten blora.

Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan kradenan tergolong luas yaitu menempati urutan ke-5. desa nglebak merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 28,35 km 2 atau sekitar 25,89 persen dari luas kecamatan kradenan. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah empat desa lain di kecamatan kradenan yaitu desa nginggil, desa mendenrejo, desa medalem , dan desa nglungger .

Lahan di kecamatan kradenan terdiri atas lahan sawah seluas 2.267,89 hektar (20,71 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 8.682,91 hektar (79,29) persen). Lahan bukan sawah terbagi atas 59,21 persen hutan negara, 9,32 persen tegalan, 9,88 persen pekarangan 0,86 persen lainnya. Lahan sawah yang menggunakan irigasi tehnis dan sederhana sebanyak 612 hektar sedangkan sisanya seluas 1.827 hektar merupakan sawah tadah hujan.

Dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen satu kali dalam setahun, hanya sebagian lahan di desa mendenrejo , desa sumber, desa mojorembun, desa medalem dan desa nglungger yang dapat panen dua kali dalam setahun. Perbulan dan paling sedikit pada bulan agustus sampai bulan september dengan hari hujan tercatat antara 3-8 hari perbulan.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa.

Secara administrasi, kecamatan kradenan terbagi menjadi 10 desa dan merupakan kecamatan dengan jumlah desa paling sedikit. Untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). Disamping itu, masyarakat kradenan juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi.

Kecamatan kradenan terdiri dari 50 dusun, 51 rukun warga dan 214 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 39.500 jiwa. Kecamatan kradenan dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan kradenan adalah 15 orang.

Jumlah perangkat desa di kecamatan kradenan tidak mengalami perubahan sejak tahun 2010. Perangkat desa berjumlah 142 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 10 orang, sekdes sebanyak 7 orang , 3 desa yang tidak punya sekdes difinitif adalah desa megeri , desa medalem dan desa mendenrejo. Dan perangkat desa lainnya sebanyak 122 orang.

Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak ada perubahan yaitu berjumlah 284 orang.

Jumlah penduduk kecamatan kradenan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 tercatat sebanyak 38.721 jiwa, angka ini meningkat dibanding hasil sensus penduduk tahun 2000 yang tercatat sebesar 37.826 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk kecamatan kradenan selama kurun waktu 2000-2010 menunjukkan peningkatan sebesar 0,23 persen pertahun. Hal ini menunjukkan perkembangan penduduk yang berdomisili di kecamatan kradenan relatif stabil atau kurang dinamis.

Pada tahun 2010, jumlah penduduk terbesar berdomisili di desa mendenrejo tercatat sebesar 11.064 jiwa, diikuti penduduk desa sumber dengan jumlah 9.915 jiwa. sedangkan jumlah penduduk terkecil tercatat di desa nginggil sebesar 408 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi tercatat di desa mendenrejo dengan laju pertumbuhan sebesar 0,28 persen pertahun.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Jumlah sekolah jenjang tk, sd, sltp dan slta masih tetap sama dengan tahun 2011 yaitu masing-masing sebanyak 29, 33, 5 dan 2 unit. Sedangkan sekolah setingkat slta berjumlah 1 unit.

Selain upaya memajukan mutu pendidikan formal, pemerintah daerah kabupaten blora juga terus berupaya mengembangkan pendidikan nonformal melalui pendidikan kesetaraan atau lebih dikenal kejar paket. Kejar paket ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu paket a/kf, paket b dan paket c. Orientasi paket a/kf pada pemberatasan buta aksara dan berhitung. Paket b untuk penyetaraan ijazah setingkat sltp. Sedangkan paket c merupakan penyetaraan ijazah setingkat slta.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan kradenan, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat didambakan oleh sebagian masyarakat. Posyandu di kecamatan kradenan memiliki jumlah 58 posyandu yang tersebar di seluruh desa.

Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa mendenrejo, sedangkan pustu terletak di desa getas dan desa sumber.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan kradenan. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. Pada tahun 2012 produksi padi mengalami penurunan sekitar minus 29,37 persen dibandingkan tahun 2011.

Penurunan ini lebih disebabkan oleh berkurangnya luas panen dan adanya musim kemarau yang lebih panjang. Sedangkan produksi palawija juga mengalami penurunan karena sebagian petani kembali menggunakan lahannya untuk menanam padi daripada palawija.Sedangkan tanaman palawija yang mengalami peningkatan produksi adalah ubi kayu. Pada tahun 2011 produksi ubi kayu sebanyak 847 ton meningkat menjadi 1.486 ton pada tahun 2012. hal ini disebabkan karena luas panennya mengalami peningkatan.

Produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan kradenan masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2012, produktivitas ubi kayu (188,11 kw/ha) menduduki peringkat teratas dibandingkan tanaman padi (49,47 kw/ha) dan palawija lainnya. Sedangkan tanaman yang mempunyai produktivitas terendah adalah tanaman kacang tanah (12,01 kw/ha).

Mayoritas penduduk kecamatan kradenan memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan pada saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan kradenan selama tujuh tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Mulai tahun 2005 terjadi peningkatan hingga tahun 2006. Kemudian terus menurun sampai tahun 2007 dan selama dua tahun terakhir kembali meningkat.

Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan kradenan pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 3 buah. Pasar desa tersebut terdapat di desa getas, mendenrejo, dan sumber.

Jumlah perusahaan berbadan hukum di kecamatan kradenan yang paling sedikit dibanding kecamatan yang lain. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan kradenan pada tahun 2012 sebanyak 2 buah, satu berbentuk non kud dan sisanya satu buah berbentuk kud.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk lancarnya alur ekonomi yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah.

Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat. Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan kradenan adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan kradenan. Panjang jalan di kecamatan kradenan selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan hanya sepanjang 24,1 km. Kondisi jalan yang rusak dan rusak ringan mencapai 22,6 km. Dengan kata lain, hanya 4 persen saja jalan di kecamatan kradenan berada dalam kondisi baik.

Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.Keadaan geografis kecamatan kradenan yang berbukit dan memiliki sungai/ngarai, memerlukan jembatan sebagai salah satu alat penghubung dalam masyarakat. Jumlah jembatan yang terdapat di kecamatan kradenan sebanyak 9 buah dengan kondisi seluruhnya rusak ringan. Kondisi jembatan yang demikian perlu segera diperbaiki agar kerusakannya tidak semakin parah.

Perekonomian kecamatan kradenan masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan kradenan. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 74,54 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa masing-masing memiliki kontribusi sebesar 4,53 persen, 4,59 persen dan 4,11 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor angkutan dan komunikasi serta listrik ,gas ,air bersih penggalian hanya sebesar 0,48 persen.

Sektor pertanian sangat rentan terhadap kondisi iklim, cuaca dan hama penyakit serta perlu waktu cukup lama untuk meningkatkan produksi. Nilai tambah sektor pertanian relatif lebih kecil dan cenderung berfluktuasi dibanding sektor- sektor lain sehingga akselerasi pembangunan tidak maksimal.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan kradenan memiliki nilai yang relatif kecil baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan kradenan hanya 3,70 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan kradenan menempati peringkat 11 dari 16 kecamatan yang ada di kabupaten blora.

Besaran pdrb kecamatan kradenan sedikit dibawah pdrb kecamatan jati. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan kradenan belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan Jiken


Kecamatan jiken, secara geografis terletak di bagian timur kabupaten blora, berjarak 13 km arah timur dari pusat kota blora. Secara administrasi, kecamatan jiken di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan bogorejo, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten bojonegoro, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan sambong, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan jepon. Bentang terjauh kecamatan jiken dari barat ke timur sepanjang 12 km dan dari utara ke selatan sejauh 13,5 km. Kecamatan jiken memiliki wilayah seluas 168,167 km 2 atau 9,24 persen luas kabupaten blora.

Dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan jiken tergolong besar yaitu menempati urutan ke-3. desa nglebur merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 29,84 km 2 atau sekitar 17,74 persen dari luas kecamatan jiken. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah empat desa lain di kecamatan jiken yaitu desa singonegoro, desa genjahan, desa jiworejo dan desa bangowan.

Lahan di kecamatan jiken terdiri atas lahan sawah seluas 1.610,986 hektar (9,58 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 15.205,673 hektar (90,42 persen). lahan bukan sawah terbagi atas 79,95 persen hutan negara, 5,71 persen tegalan dan 4,76 persen lainnya. Lahan sawah yang menggunakan irigasi tehnis, setengah tehnis dan sederhana sebanyak 627 hektar sedangkan sisanya seluas 983,986 hektar merupakan sawah tadah hujan. Dengan demikian sebagian besar lahan sawah panen dua kali dalam setahun, hanya sebagian lahan di desa nglobo, cabak, janjang dan bangowan yang hanya panen satu kali dalam setahun.

Iklim di kecamatan jiken secara umum tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain di blora. kecamatan jiken termasuk daerah dengan curah hujan rendah dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau.

Berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa. secara administrasi, kecamatan jiken terbagi menjadi 11 desa. Untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). di samping itu, masyarakat jiken juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi.

Kecamatan jiken terdiri dari 39 dusun, 61 rukun warga dan 257 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 38.121 jiwa. Kecamatan jiken dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan. Jumlah pegawai di kantor kecamatan jiken adalah 21 orang. jumlah perangkat desa di kecamatan jiken mengalami perubahan dibanding tahun 2011. Perangkat desa berjumlah 108 orang, yang terdiri dari kades sebanyak 11 orang, sekdes sebanyak 9 orang dan perangkat desa lainnya sebanyak 88 orang. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak ada perubahan yaitu berjumlah 363 orang.

Jumlah penduduk kecamatan jiken pada tahun 2012 tercatat sebanyak 38.121 jiwa, angka ini meningkat dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar 37.551 jiwa. laju pertumbuhan penduduk kecamatan jiken selama kurun waktu 2011-2012 menunjukkan peningkatan sebesar 1,52 persen pertahun. hal ini menunjukkan perkembangan penduduk yang berdomisili di kecamatan jiken relatif stabil atau kurang dinamis.

Pada tahun 2012, jumlah penduduk terbesar berdomisili di desa jiken tercatat sebesar 8.083 jiwa, diikuti penduduk desa ketringan dengan jumlah 5.426 jiwa. sedangkan jumlah penduduk terkecil tercatat di desa jiworejo sebesar 1.347 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi tercatat di desa nglobo dan cabak dengan laju pertumbuhan sebesar 1,54 persen pertahun. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah berada di desa bangowan dengan laju pertumbuhan sebesar 1,48 persen pertahun.

Statistik kependudukan kecamatan jiken selama kurun 10 tahun terakhir (2000-2010) tidak mengalami perubahan yang berarti. tingkat kepadatan penduduk kecamatan jiken tercatat sebesar 222,21 jiwa/km 2 , dihuni oleh rumah tangga sebanyak 10.515 rumah tangga. dengan jumlah penduduk sebesar 37.369 jiwa berarti rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 3,55 jiwa/rumah tangga. hal ini berarti rata-rata dalam satu rumah tangga terdiri dari kepala rumah tangga, suami/istri dan 1-2 orang anak.

Upaya peningkatan mutu di bidang pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan kecukupan jumlah guru. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sekolah dan rasio murid guru. Jumlah sekolah jenjang sd dan sltp masih tetap sama dengan tahun 2011 yaitu masing-masing sebanyak 30 dan 5 unit. Sedangkan sekolah setingkat tk dan slta di jiken mengalami penambahan sebanyak 1 unit.

Selain upaya memajukan mutu pendidikan formal, pemerintah daerah kabupaten blora juga terus berupaya mengembangkan pendidikan nonformal melalui pendidikan kesetaraan atau lebih dikenal kejar paket. Kejar paket ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu paket a/kf, paket b dan paket c. Orientasi paket a/kf pada pemberatasan buta aksara dan berhitung. Paket b untuk penyetaraan ijazah setingkat sltp. Sedangkan paket c merupakan penyetaraan ijazah setingkat slta.

Sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk kecamatan jiken, keberadaan sarana kesehatan yang mudah terjangkau dan biaya murah sangat diperhatikan pemerintah. Posyandu memiliki jumlah paling banyak meliputi 56 posyandu yang tersebar di seluruh desa. Posyandu merupakan sarana kesehatan yang terdekat bagi anak balita dan ibu hamil-menyusui. Pemerintah daerah juga mencanangkan program pelayanan kesehatan murah dan terjangkau bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin dari pustu dan puskesmas. Puskemas terletak di desa jiken, sedangkan pustu terletak di desa bleboh, ketringan dan singonegoro.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dibidang kependudukan adalah keberhasilan pengendalian perkembangan jumlah penduduk melalui program keluarga berencana (kb). Indikator yang terus dipantau adalah banyaknya peserta kb aktif. yang tergolong peserta kb aktif adalah pasangan usia subur yang masih aktif menggunakan alat kontrasepsi medis seperti iud, mop/mow, suntik, susuk, pil dan kondom.

Perkembangan peserta kb aktif di kecamatan jiken tahun 2008-2012 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2008 jumlah peserta kb aktif sebanyak 6.763 pasangan, meningkat menjadi 6.863 pasangan pada tahun 2009. pada tahun 2010 meningkat menjadi 6.887 pasangan. mulai mengalami penurunan pada tahun 2011 dan 2012 hingga 6697 pasangan. Selama periode 2008-2012, jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan pasangan usia subur adalah suntik dan pil kb. Hal ini dikarenakan kedua alat kb tersebut harganya lebih terjangkau dan aman.

Pada tahun 2012, alat kontrasepsi suntik digunakan sekitar 62,10 persen (4.158 pus) dan menurun dibanding tahun 2011 yang digunakan oleh 4.189 pasangan. Cara kb yang kurang diminati adalah kontrasepsi mantap dengan mop bagi pria dan mow bagi wanita. Selama periode 2008-2012 peserta kb mop/mow terus meningkat, artinya setiap tahun ada penambahan peserta baru.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan jiken. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. Produksi padi mengalami peningkatan sekitar 5,22 persen dibandingkan tahun 2011. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh adanya musim hujan yang lebih panjang.

Untuk produksi palawija juga mengalami peningkatan karena luas panennya juga meningkat. Komoditi jagung yang merupakan andalan petani mengalami peningkatan produksi sebesar 4.073 ton atau 47,97 persen dibandingkan tahun 2011. Tanaman palawija yang juga mengalami peningkatan produksi adalah kacang tanah dan ubi kayu.

Pada tahun 2011 produksi kacang tanah sebanyak 0 ton meningkat menjadi 27 ton pada tahun 2012. Hal ini disebabkan karena luas panennya mengalami peningkatan. Produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan jiken masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2012, produktivitas ubi kayu (182,73 kw/ha) menduduki peringkat teratas dibandingkan tanaman padi (51,33 kw/ha) dan palawija lainnya.

Mayoritas penduduk kecamatan jiken memelihara ternak sapi dengan tujuan untuk menambah penghasilan atau sebagai tabungan yang dapat digunakan saat ada keperluan yang membutuhkan biaya besar. Populasi ternak sapi potong di kecamatan jiken selama enam tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Mulai tahun 2008 terjadi peningkatan hingga tahun 2011. Kemudian pada tahun 2012 mengalami penurun hingga 43,58 persen.

Sedangkan pada tahun 2012 populasi sapi potong hanya mencapai 9.431 ekor. Potensi sapi potong yang sangat besar tersebut perlu dikembangkan dengan stabilisasi harga jual dan pemberian bibit sapi unggul. Selain sapi potong, potensi ternak kambing/domba dan ayam kampung/pedaging juga cukup besar. Populasi kedua ternak tersebut selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan, walaupun bertambahnya tidak banyak. Keadaan lahan yang berbukit-bukit, banyak tegalan, hutan rakyat dan sawah tadah hujan dapat menghasilkan rumput dan pakan ternak lain yang melimpah saat musim hujan.

Perdagangan domestik kecamatan jiken pada tahun 2012 mengalami stagnasi/tidak berubah dibanding tahun 2011. hal ini ditunjukkan dengan tidak bertambahnya jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 3 buah. pasar desa tersebut terdapat di desa jiken, ketringan dan bleboh.

Jumlah perusahaan di kecamatan jiken tergolong banyak jika dibanding kecamatan yang lain. Keseluruhan perusahaan termasuk kategori perusahaan kecil walaupun 21 perusahaan berbadan hukum po. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan jiken adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan jiken. Panjang jalan di kecamatan jiken selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan hanya sepanjang 32,0 km. Kondisi jalan yang rusak, rusak ringan dan rusak berat mencapai 24,1 km. Dengan kata lain, hanya 24,69 persen saja jalan di kecamatan jiken berada dalam kondisi baik. Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan.

Perekonomian kecamatan jiken masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan jiken. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 61,92 persen, kemudian disusul sektor keuangan, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa masing-masing memiliki kontribusi sebesar 9,4 persen, 8,65 persen dan 8,54 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,10 persen.

Sektor pertanian memberikan tantangan tersendiri bagi perkembangan perekonomian di kecamatan jiken dalam jangka panjang. Sektor pertanian sangat rentan terhadap kondisi iklim, cuaca dan hama penyakit serta perlu waktu cukup lama untuk meningkatkan produksi. Nilai tambah sektor pertanian relatif lebih kecil dan cenderung berfluktuasi dibanding sektor-sektor lain sehingga akselerasi pembangunan tidak maksimal.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan jiken memiliki nilai yang relatif kecil baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan jiken hanya 2,52 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan jiken menempati peringkat 14 dari 16 kecamatan. Besaran pdrb kecamatan jiken sedikit di bawah pdrb kecamatan jepon. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan jiken belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Istilah:
produk domestik regional bruto (pdrb)

Kecamatan Jepon


Kecamatan jepon, secara geografis terletak di bagian timur kabupaten blora, berjarak 8 km arah timur dari pusat kota blora. secara administrasi, kecamatan jepon di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan sale kabupaten rembang, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan bogorejo dan jiken, di sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan randublatung, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan blora. Bentang terjauh kecamatan jepon dari barat ke timur sepanjang 12 km dan dari utara ke selatan sejauh 27 km.

Kecamatan jepon memiliki wilayah seluas 107,72 km 2 atau 5,92 persen luas kabupaten blora. dibandingkan kecamatan lain, luas wilayah kecamatan jepon tergolong besar yaitu menempati urutan ke tujuh. Desa semanggi merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 21,02 km 2 atau sekitar 19,51 persen dari luas kecamatan jepon. Desa ini luasnya hampir sama dengan penjumlahan luas wilayah sebelas desa lain di kecamatan jepon yaitu desa ngampon, desa sumurboto, desa brumbung, desa semampir, desa kemiri, desa balong, desa nglarohgunung, desa gersi, desa puledagel, desa soko dan desa waru.

Lahan di kecamatan jepon terdiri atas lahan sawah seluas 2.542,601 hektar(23,60 persen) dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 8.229,783 hektar (76,40 persen). Lahan bukan sawah terbagi atas 57,95 persen hutan negara, 14,42 persen pekarangan, 26,48 persen tegalan, 1,15 persen lainnya. Sebagian besar wilayah kecamatan jepon merupakan wilayah hutan negara dengan luas mencapai 44,27 persen.

Kecamatan jepon (berdasarkan uu no. 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah) dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Sedangkan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa tersebut. Dalam menjalankan pemerintahan desa seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris dan perangkat desa.

Secara administrasi, kecamatan jepon terbagi menjadi 24 desa dan 1 kelurahan, jepon merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan yang relatif banyak. Untuk memudahkan koordinasi, setiap desa terbagi menjadi beberapa rukun warga (rw) dan rukun tetangga (rt). Disamping itu, masyarakat jepon juga menggunakan dusun sebagai wilayah administrasi. kecamatan jepon terdiri dari 72 dusun, 88 rukun warga dan 432 rukun tetangga dengan jumlah penduduk sebesar 60.127 jiwa.

Kecamatan jepon dipimpin oleh seorang camat dan dibantu seorang sekretaris kecamatan dengan jumlah pegawai di kantor kecamatan jepon adalah 25 orang. Jumlah perangkat desa di kecamatan jepon sejak tahun 2010 sampai 2012 relatif mengalami penurunan, karena ada beberapa perangkat yang meninggal dan dipecat, tetapi sampai saat ini belum ada pengganti yang menempati posisi tersebut. Jumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) yang merupakan aparat desa di bidang keamanan dan ketertiban, tidak ada perubahan dari tahun 2010 yaitu berjumlah 743 orang.

Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian masyarakat di kecamatan jepon. Ketersediaan air masih menjadi kendala utama sektor pertanian. Komoditi utama berupa padi dan jagung. produksi padi tahun 2012 mengalami peningkatan sekitar 2,90 persen dibandingkan tahun 2011. Sedangkan produksi palawija sebagian juga mengalami peningkatan karena luas panennya juga mengalami peningkatan komoditi jagung yang merupakan andalan petani mengalami peningkatan produksi yang sangat besar yaitu 10.839 ton atau 76,58 persen.

Sedangkan tanaman palawija yang mengalami penurunan produksi adalah ubi kayu. Pada tahun 2011 produksi ubi kayu sebanyak 310 ton menurun menjadi 305 ton pada tahun 2012, karena mengalami penurunan luas panen. produktivitas tanaman padi dan palawija di kecamatan jepon masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. pada tahun 2012, produktivitas ubi kayu (160,53 kw/ha) menduduki peringkat teratas dibandingkan tanaman padi (50,49 kw/ha) dan palawija lainnya. sedangkan tanaman yang mempunyai produktivitas terendah adalah tanaman kacang tanah (11,48 kw/ha).

Perdagangan domestik kecamatan jepon pada tahun 2012 tidak mengalami perubahan dibanding tahun 2011. hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan jumlah pasar tradisional yang berupa pasar desa, dengan jumlah pasar sebanyak 3 buah. pasar desa tersebut terdapat di desa puledagel, desa jatirejo dan desa turirejo. selain itu juga terdapat pasar daerah di kelurahan jepon.

Jumlah perusahaan di kecamatan jepon tergolong banyak jika dibanding kecamatan yang lain. Perusahaan di kecamatan jepon termasuk kategori perusahaan kecil yaitu 42 perusahaan berbadan hukum po, 7 perusahaan berbadan hukum cv dan kategori perusahaan menengah sebanyak 2 perusahaan. Koperasi merupakan salah satu urat nadi perekonomian nasional yang mendapatkan pembinaan secara serius dari dinas deperindagkop menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi di kecamatan jepon pada tahun 2012 sebanyak 32 buah, 33 berbentuk non-KUD dan sisanya satu buah berbentuk KUD.

Keberhasilan upaya pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan dukungan infrastuktur jalan yang memadai. Infrastuktur jalan merupakan sarana vital untuk yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Semakin baik mutu jalan akan semakin cepat, mudah dan murah biaya angkutan barang/jasa dari dan ke suatu daerah. Siklus kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat sehingga perekonomian dapat berkembang pesat.

Salah satu kendala yang dihadapi kecamatan jepon adalah terbatasnya akses jalan yang menghubungkan desa-desa di wilayah kecamatan jepon. Panjang jalan di kecamatan jepon selama dua tahun terakhir ini tidak mengalami perubahan, yaitu sepanjang 64.850 m. Kondisi jalan yang rusak dan rusak ringan mencapai 45,15 km. Dengan kata lain, hanya 30,37 persen saja jalan di kecamatan jepon berada dalam kondisi baik.

Kondisi tanah yang labil dan berkapur dianggap sebagai penyebab utama cepat rusaknya kondisi jalan. Keadaan geografis kecamatan jepon yang berbukit dan memiliki sungai/ngarai, memerlukan jembatan sebagai salah satu alat penghubung dalam masyarakat. Jumlah jembatan yang terdapat di kecamatan jepon pada tahun 2011- 2012 tidak mengalami perubahan sebanyak 13 buah dengan panjang 112,0 meter.

Perekonomian kecamatan jepon masih bercorak tradisional, dominasi sektor pertanian menjadi ciri khas kecamatan jepon. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 56,03 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor industri masing-masing memiliki kontribusi sebesar 13,85 persen, 9,48 persen dan 7,36 persen. Sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,38 persen.

Dominasi sektor pertanian memberikan tantangan tersendiri bagi perkembangan perekonomian kecamatan jepon dalam jangka panjang. Sektor pertanian sangat rentan terhadap kondisi iklim, cuaca dan hama penyakit serta perlu waktu cukup lama untuk meningkatkan produksi. Nilai tambah sektor pertanian relatif lebih kecil dan cenderung berfluktuasi dibanding sektor-sektor lain sehingga akselerasi pembangunan tidak maksimal.

Dibandingkan dengan kecamatan sekitarnya, pdrb kecamatan jepon memiliki nilai yang relatif besar baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi pdrb kecamatan jepon sebesar 5,52 persen terhadap total pdrb kabupaten blora. Kontribusi pdrb kecamatan jepon menempati peringkat 7 dari 16 kecamatan. Besaran pdrb kecamatan jepon berada di bawah pdrb kecamatan blora. Hal ini menunjukkan potensi kecamatan jepon belum terkelola dengan maksimal dan optimal, perlu pengembangan sektor-sektor yang terkait dengan sektor pertanian seperti pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa.

Kecamatan Ngawen


Kecamatan Ngawen adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Semula kecamatan Ngawen membawahi 47 desa, tetapi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1992 tanggal 4 April 1992, sebagian Kecamatan Ngawen (18 desa) dimekarkan menjadi Kecamatan Japah. Produk unggulan Kecamatan Ngawen utamanya adalah hasil bumi seperti padi, kedelai, jagung serta industri kecil seperti: kerupuk, batu bara, serta barang-barang kerajinan.

Kondisi morfologi di kecamatan Ngawen sebagian besar merupakan daerah yang cukup datar, dengan ketinggian kurang lebih 100 mdpl. Namun beberapa daerah di kecamatan Ngawen memiliki ketinggian sebesar 200 mdpl. Daerah tersebut antara lain adalah kelurahan Karangjong, Wantilgung, Bradag, Sendangmulyo, Kendayaan, Srigading dan Sambonganyar. Kondisi datar seperti ini, dijadikan sebagai pemukiman maupun lahan pertanian dan perhutanan.

Sebagian besar kondisi topografi di kecamatan Ngawen berada pada daerah yang cukup datar dengan tingkat kelerengan sebesar 0-2 %. Beberapa daerah seperti kelurahan Karangjong, Bradag, Sambonganyar memiliki topografi sebesar 2-15 %. Sebagian kecil daerah di kelurahan Sambonganyar bahkan memiliki topografi sebesar 15-40 %.

Kecamatan Ngawen secara umum memiliki dua jenis tanah yang terdapat di dalamnya. Namun, jenis tanah yang paling banyak ditemukan di Kecamatan Ngawen adalah tanah grumosol. Jenis tanah yang lain adalah tanah mediteran yang terdapat di separuh bagian dari Kelurahan Sabonganyar.

Jumlah penduduk di Kecamatan Ngawen selalu mengalami pertumbuhan pada tiap tahunnya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Blora pada tahun 2005 hingga 2009, laju pertumbuhan penduduk di kecamatan Ngawen sebesar 0,40 %. Laju pertumbuhan tersebut relatif masih sama dengan kecamatan- kecamatan lain di Kabupaten Blora, namun cukup mencolok perbedaannya apabila dibandingkan dengan laju petumbuhan Kecamatan Cepu yang mencapai 0,94 %. Perbandingan jumlah penduduk laki- laki dan perempuan di Kecamatan relatif seimbang. Misalnya saja pada tahun 2008, perbandingan jumlah penduduk laki- laki dan perempuan (sex ratio) kecamatan Ngawen mencapai nilai 98,45 %.

Berdasarkan data PDRB Kabuapten Blora, sektor pertanian merupakan sektor utama penyumbang pendapatan terbesar di kecamatan Ngawen. Berikut ini adalah beberapa kegiatan ekonomi yang berlangsung di Kecamatan Ngawen adalah sebagai berikut :

1. Pertanian
Kecamatan Ngawen memiliki jumlah sawah yang cukup besar dibandingkan dengan tata guna lahan yang lainya. Sawah pada Kecamatan Ngawen termasuk kedalam kategori sawah tadah hujan,sehingga tanaman pertanian seperti padi hanya dapat dipanen oleh petani 1 kali dalam setahun (karena hanya mengandalkan air hujan sebagai irigasinya). Memang terdapat sumber irigasi lain pada wilayah ini yaitu dari Waduk Kedung Ombo,namun air tersebut menurut warga sekitar tidak dapat sampai sepenuhnya pada sawah tersebut.

Pada zaman penjajahan belanda sempat dilakukan pembangunan pipa air dari waduk tersebut hingga menuju sawah, namun alhasil pipa tersebut terkadang dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Produk unggulan pertanian dari Kecamatan Ngawen antara lain padi,jagung,kedelai dan lain-lain. Akibat kemajuan ilmu pertanian banyak petani yang sekarang mulai menanam tanaman-tanaman bibit unggul yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya.

2. Pertambangan
Kecamatan Ngawen terdapat pada lereng gunung Kendheng,menurut para ahli geologi memiliki potensi pertambangan seperti Batu gamping (limestone). Selain itu pada sebelah barat Desa Talok Wohmojo dan sekitarnya, sejak jaman penjajahan belanda termasuk daerah produktif penghasil minyak bumi (Blok Cepu).

3. Industri Rakyat
Produk unggulan Kecamatan Ngawen utamanya adalah hasil bumi seperti padi, kedelai, jagung, serta hasil industri kecil seperti: krupuk, batu bata, serta barang-barang kerajinan.

Ruang terbuka hijau di kecamatan Ngawen terbilang masih cukup banyak. Hal tersebut dapat dilihat pada penggunaan lahan di Kecamatan Ngawen sebagian besar masih didominasi oleh sawah, baik itu sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Selain itu juga terdapat tegalan, hutan, dan perkebunan yang turut menyumbang jumlah ruang terbuka hijau di kecamatan Ngawen. Jenis penggunaan lahan lain di luar ruang terbuka hijau adalah berupa kawasan pemukiman.

Kecamatan Ngawen merupakan daerah yang cukup banyak dialiri oleh sungai. Salah satu sungai yang mengalir di Kecamatan Ngawen adalah sungai Lusi. Sungai tersebut mengaliri beberapa kelurahan di kecamatan Ngawen seperti di kelurahan Gedebeg, Jetakwanger, Ngawen, Bergolo, Punggursugih dan Sendangayam. Namun sungai tersebut memiliki debit air yang relatif kecil, karena seringkali mengalami kekeringan di musim kemarau.

Kecamatan Jati

Kantor Kecamatan Jati

Walaupun hanya sedikit, tetapi nilai pengaruh ini cukup dapat diperhitungkan. Hal ini juga didukung dengan lahan pertanian di Kecamatan Jati yang masih luas sehingga sektor pertanian ini masih dapat dikembangkan secara lebih baik lagi. Tentunya didukung oleh sumberdaya alam dan manusianya yang berkompeten.

Kecamatan Jati juga cukup memberikan pengaruh terhadap Kabupaten Blora dengan hasil hutannya yang berupa kayu jati. Kualitas dari kayu jati ini sudah diakui hingga keluar Kabupaten Jati, bahkan Indonesia. Kecamaatan ini memiliki 12 Kecamatan yaitu Kelurahan Bangkleyan, Gempol, Kepoh, Pelem, Jegong, Jati, Singget, Gabusan, Doplang, Randulawang, Tobo dan Pengkolijagong.

Menurut PERDA RTRW Kab. Blora 2011-2031, perkotaan Jati memiliki fungsi pertanian sebagai salah satunya. Hal ini sesuai dengan nilai PDRB yang dihasilkan. Kecamatan Jati memberikan kontribusi sebesar 3,99 % terhadap PDRB Kabupaten Blora. Dan sumbangan terbesar terhadap total PDBR adalah sektor pertanian sebesar 70,72 %, sektor perdagangan sebesar 7,56 persen dan sektor keuangan sebesar 7,23 persen, sedangkan sumbangan terkecil dari sektor pertambangan dan penggalian yang hanya sebesar 0,06 persen.

Karakteristik Kecamatan Jati

Kecamatan Jati merupakan wilayah yang memiliki luas sebesar 183,621 km2. Dari luasan tersebut, kecamatan ini dibagi menjadi 12 kelurahan yang memiliki luas dan penggunaan lahan, serta karakteristik yang berbeda-beda.

Kelurahan yang memiliki luas terbesar adalah Kelurahan Gempol dengan luas 3658 Ha. Sebagian besar lahan di Kelurahan Gempol digunakan sebagai hutan dengan kepemilikan pemerintah. Secara garis besar, penggunaan lahan di Kecamatan Jati lebih terpusat pada kegiatan perhutanan dan pertanian kering. Akan tetapi, kegiatan perhutanan tersebut seluruhnya berstatus kepemilikan pemerintah. Pada kegiatan pertanian kering, digunakan untuk panen jagung dan umbi-umbian.

Karakteristik Penggunaan Lahan Kecamatan Jati

Penggunaan lahan di Kecamatan Jati mayoritas adalah untuk perhutanan dan pertanian kering. Mengapa pertanian lahan kering? pertanian lahan kering lebih cocok untuk digunakan di Kecamatan Jati, karena kondisi pengairan di kecamatan ini tidak begitu baik, sehingga lebih cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian kering. Komoditi utama dari lahan pertanian ini adalah jagung, palawija, dan umbi-umbian. Penggunaan lahan sebagai perhutanan cukup besar di kecamatan ini.

Seluruh perhutanan yang ada di kecamatan ini status kepemilikannya adalah milik pemerintah yang dikelola langsung oleh Perhutani. Lahan hutan yang digunakan di wilayah ini cukup besar dengan masa panen dua tahun sekali. Ketika sedang tidak memasuki masa panen kayu, pihak Perhutani memperbolehkan penduduk sekitar untuk menggunakan lahan hutan. Penduduk menggunakan lahan hutan untuk dijadikan sebagai lahan tanaman palawija dan obat-obatan.

Karakteristik Demografi Kecamatan Jati

Jumlah penduduk Kecamatan Jati pada tahun 2010, menunjukan bahwa jumlah penduduk pria dan wanita berbeda tidak begitu jauh, masih dalam range yang sama. Jumlah penduduk wanita lebih dominan, memang terlihat dari banyaknya wanita yang bekerja di sektor pertanian, dan ketika siang hari banyak wanita yang mendatangi tempat penimbunan kayu di Doplang untuk mengambil kulit-kulit kayu yang digunakan untuk bahan bakar memasak.

Karakteristik Perekonomian Kecamatan Jati

Kegiatan perekonomian penduduk ditopang dari sektor pertanian. PDRB Kecamatan Jati pada tahun 2010 paling besar ada pada sektor pertanian dengan jumlah sebesar 65.161 juta rupiah. Kegiatan perekonomian warga memang terpusat pada kegiatan pertanian, akan tetapi apabila sedang tidak memasuki masa panen, warga akan beralih pekerjaan menjadi seorang buruh angkut di tempat penimbunan kayu dengan gaji sebesar Rp 35.000,00 per hari.

Pada sektor perhutanan, sejauh ini masyarakat hanya dapat bekerja sebagai buruh saja, di seluruh Kecamatan Jati hanya ada satu wirausaha yang memanfaatkan sumber daya alam, kayu jati, untuk dijadikan sebagai peluang usaha. Penduduk lainnya hanya memanfaatkan kayu jati kampong untuk diolah sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya. Terkadang masyarakat juga menggunakan kayu jati kampung untuk memenuhi pesanan dari warga lainnya, akan tetapi hanya menunggu pesanan saja tidak untuk dijadikan peluang usaha tetap.

Karakteristik Kelembagaan Kecamatan Jati

Kelurahan yang memiliki banyak dusun adalah Kelurahan Bangkleyan sebanyak 12 buah. Untuk rukun warga, Kelurahan Bangkleyan juga merupakan kelurahan yang memiliki RW terbanyak sekitar 12 buah. Sedangkan rukun tetangga terbanyak dimiliki oleh Kelurahan Doplang yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Jati. Hal ini dirasa wajar karena pada Kelurahan Doplanglah pilihan utama warga untuk bermukim, selain dilalui jalan provinsi, Kelurahan Doplang juga memiliki stasiun yang turut memberi dampak positif sebagai salah satu transportasi untuk sebuah wilayah perkotaan. Stasiun ini menjadi daya tarik tersendiri untuk warga lain yang merasa daerah tempat tinggalnya sulit berkembang. Stasiun ini juga membantu warga melakukan sebuah pergerakan menuju wilayah lain untuk yang lebih potensial atau untuk bekerja.

Popular Posts

Labels

close