Untuk Anda Kami Ada

Jenang Dan Mbah Sunan Pojok


Sejak dahulu, jenang menjadi idola untuk oleh-oleh warga masyarakat setelah berziarah di makam pejabat pemerintahan dan tokoh pejuang Islam, yang berlokasi di sebelah selatan alun- alun kota Blora.

"Sudah menjadi kebiasaan setiap setahun sekali, bersama warga dan umat muslim lainnya melakukan ziarah dan mendoakan ke makam Mbah Sunan Pojok", ujar salah seorang pengunjung yang tak mau disebut namanya.

Makanan khas terbuat dari tepung beras ketan ini masih menjadi favorit bagi para peziarah yang datang. “Rasanya yang manis bertabur biji wijen dengan harga yang sangat terjangkau. Jenang ini dijual dalam bentuk potongan- potongan yang disesuaikan dengan rupiah yang diserahkan kepada penjual.

Para penjual jenang berdatangan dari luar daerah, terutama dari pantura. Jenang ini bisa bertahan beberapa hari sehingga bisa disimpan untuk menu keluarga. Tidak hanya penjual jenang saja yang ikut berjualan tetapi juga ada penjual buah, makanan, pakaian dan mainan.

Sunan Pojok yang memiliki nama atau sebutan Pangeran Pojok, Pangeran Surabaya, Pengeran Surabahu, Pangeran Sedah, Syaikh Amirulah Abdurrochim dan Mbah Benun Wali Pojok, semasa hidupnya dipenuhi pengabdian kepada pemerintahan Kerajaan Mataram. Jabatan yang di embannya yaitu sebagai Panglima Perang Kerajaan Mataram dan Adipati Tuban pada tahun 1619-1661, namun jabatan duniawi itu akhirnya dilepas dan menjadi Waliyullah.

Makamnya, terletak di selatan Alun-Alun Blora, atau disebut Pesarehan Gedong. Berdampingan dengan salah seorang putranya yang bernama Pangeran Joyo Dipo Bupati I Kadipaten Blora serta puluhan makam pejabat tempo dulu dan kerabat lainnya.

Popular Posts

close